Senin, 30 Desember 2013

Dari Titus untuk Sahabat (Pembahasan Kitab 1-2 Korintus)

Dikutip dari Majalah Shining Star Komisi Remaja GKI Gunung Sahari edisi Januari 2014



Sahabat,
Terima kasih banyak telah mengijinkan aku menumpang di tempatmu. Aku harus buru-buru berangkat melanjutkan perjalananku, maaf aku tidak sempat berpamitan denganmu karena kau masih tidur.

Aku akan kembali ke Korintus, teman! Kau tahu, betapa antusiasnya aku untuk kembali melayani di sana, sama sepertimu yang begitu tertarik bercakap-cakap denganku tentang jemaat Korintus ini. Nanti, jika aku sempat singgah kembali di tempatmu, akan kuceritakan kepadamu banyak hal tentang jemaat ini.

Oh iya teman, apakah kau masih ingat, ketika aku singgah pertama kali di tempatmu, kuceritakan tentang pergumulan jemaat ini menghadapi penyembahan-penyembahan berhala yang memakai tubuh dan seksualitas sebagai persembahan kepada dewa-dewa mereka? Maaf aku belum sempat menceritakan kelanjutannya kemarin. Jadi, setelah Paulus menjelaskannya panjang lebar dalam suratnya kepada jemaat Korintus yang pertama, mereka kini sudah mengerti konsep yang benar tentang kesucian hidup. Paulus mengingatkan jemaat Korintus bagaimana mereka harus memuliakan Allah dengan tubuh mereka dan jangan berbuat cabul.

Selain itu, banyak pengajaran yang Paulus sampaikan dalam suratnya yang pertama. Tentang hidup sebagai satu persekutuan Kristen, tentang kebangkitan orang mati, bahkan tentang kasih! Paulus memberitahukan apakah kasih itu, dan bahkan diantara iman, pengharapan, dan kasih, yang terbesar diantaranya adalah kasih.

Satu hal lagi, sama sepertimu yang berkomentar bahwa jemaat Korintus adalah jemaat yang memiliki banyak sekali karunia, Paulus juga melihat jemaat Korintus seperti itu. Oleh sebab itu, dalam surat yang sama ia juga mengingatkan tentang karunia-karunia yang dimiliki oleh jemaat Korintus agar tidak disalahgunakan atau dipergunakan dengan tidak tertib. Ah, kurasa suatu saat nanti kau harus membaca surat ini kawan!

Dan kini kawan, aku berangkat sambil membawa perkamen surat kedua untuk jemaat di Korintus. Ya, seperti yang kukatakan semalam, aku membawanya dengan gentar, membayangkan apa isinya dan apa respon jemaat Korintus nanti. Kudengar, surat Paulus yang kedua ini menyampaikan kesedihan Paulus yang luar biasa atas fitnah dan kebohongan terhadap Paulus dan terhadap Yesus yang dimunculkan oleh guru-guru palsu yang membuat jemaat Korintus menjadi terombang-ambing. Aku berharap, semoga mereka mau bertobat, kawan, dan berbalik kepada pengajaran yang benar tentang Yesus.

Selain itu, kurasa dalam suratnya yang kedua ini, Paulus juga memberi nasihat agar mereka terus membantu pembangunan jemaat di Yerusalem. Waktu bertemu di Makedonia, aku telah melaporkan kabar jemaat Korintus kepadanya, termasuk bagaimana mereka mau mengumpulkan sumbangan untuk Yerusalem. Semoga jemaat Korintus dapat merespon surat kedua ini dengan terus menjadi contoh dalam berbuat baik.

Baiklah kawan, aku sudahi dulu suratku ini. Aku harus segera berangkat, aku sudah tidak sabar kembali berada di tengah-tengah jemaat di Korintus! Sekali lagi terima kasih sudah mengijinkan aku menumpang kembali di rumahmu. Aku berdoa, semoga suatu saat nanti aku bisa singgah kembali di rumahmu dan membawa kabar baik tentang jemaat di Korintus. Salam untuk istrimu dan kedua putrimu, kasih karunia dari Tuhan Yesus Kristus menyertai kamu sekalian!

Dari sahabatmu,

Titus.

==========================================================
-Christnadi, 2013 untuk Rubrik Star Bible majalah Shining Star Komisi Remaja GKI Gunung Sahari, Januari 2014

"Ya, Aku datang segera!"

Dikutip dari Majalah Shining Star Komisi Remaja GKI Gunung Sahari edisi Januari 2014



            Dear diary,
            Malam ini terasa sunyi sekali, tidak terdengar suara kendaraan melintas, atau suara orang bercakap-cakap, hanya terdengar suara hujan rintik yang terus membasahi bumi. Kesunyian ini membuatku terbuai dalam lamunanku, aku membayangkan bagaimana kalau dalam kesepian ini tiba-tiba Tuhan Yesus datang kembali. Ah, aku jadi teringat temanku yang sangat ketakutan bila membahas tentang kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali.

            Katanya, hari itu akan menjadi hari yang sangat menakutkan. Ya, aku bisa membayangkan apa yang dipikirkannya, bagaimana pada hari itu siang dan malam menjadi sulit dibedakan, di sana sini orang berkumpul, gedung-gedung runtuh, asap membubung ke langit, di sana sini terdengar suara sirene dan jerit teriak orang-orang. Betapa mencekamnya hari itu!

            Seperti itu yang orang-orang ceritakan tentang hari kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali, dan betapa cerita itu membuat banyak orang menjadi ketakutan. Sangat berbeda ketika para Rasul memberitakan kedatangan Tuhan Yesus yang kedua dengan begitu antusias. Mereka menyampaikannya dengan sukacita! Bagaimana tidak, Tuhan Yesus yang sangat mereka idamkan, inginkan, dan harapkan, tidak pergi begitu saja meninggalkan mereka melainkan Ia berjanji akan datang kembali! Para Rasul pun terus memberitakan kabar sukacita ini, sambil terus menanti. Tidak ada kengerian, tidak ada rasa takut, mereka sungguh-sungguh berharap hari itu tiba, dan mereka terus menantikannya.
           
            “...”

            Aku tahu apa rasanya menanti, menunggu kedatangan seseorang. Aku menjalin hubungan khusus dengan seseorang, yang pernah ada bersama-sama denganku dalam satu ruang, dalam satu waktu. Namun, dia yang pernah ada ini harus pergi meninggalkan aku, terpisah dalam jarak, bahkan dalam ukuran waktu yang berbeda denganku. Sebenarnya, sulit bagiku untuk menjalin hubungan khusus dalam keterpisahan ini, namun terus aku jalani. Kini, tahukah kau apa yang paling aku nantikan? Kepulangannya, kedatangannya kembali! Aku sangat menunggu datangnya hari itu. Hari di mana dirinya akan bertemu, muka dengan muka, tanpa perantara, tanpa jarak yang memisahkan.

            Apakah aku takut menunggu ia pulang kembali? Apakah hari itu akan menjadi hari yang menyeramkan? Tentu tidak! Aku dapat membayangkan betapa bergirangnya aku di hari itu, dan aku akan menjadi orang yang paling berbahagia di hari itu. Jelas, karena seseorang yang telah lama aku nantikan kepulangannya, datang kembali menjumpaiku pada hari itu!

            “...”

            Dan kurasa, itu juga yang dirasakan oleh para Rasul. Tidak ada yang lebih membahagiakan ketika sang Guru tercinta, Yesus Kristus, yang menjadi Juruselamat, yang memberikan harapan dan semangat baru bagi mereka, akan datang kembali menjumpai mereka. Hari itu akan menjadi begitu indah dan mereka nantikan karena mereka akan menjumpai Yesus, muka dengan muka, dalam satu waktu yang sama, satu dunia yang sama, tanpa ada lagi jarak yang memisahkan.

            Lalu, aku berpikir, bagaimana denganku? Apakah kedatangan Yesus benar-benar aku nantikan? Apakah hari itu menjadi hari yang sangat indah bagiku, lebih indah dibandingkan ketika seseorang yang aku kasihi pulang kembali?

            Kini aku mengerti, dan bersama para Rasul dan banyak orang percaya sepanjang jaman, aku turut menantikan-Nya. Menantikan Yesus datang kedua kali dalam semangat yang membara. Entah berapa lama lagi Yesus akan datang, dan tak peduli apa yang akan terjadi pada hari itu, aku akan terus menanti. Sambil terus menebarkan kasih dan melakukan segala sesuatu yang menyenangkan hati-Nya, kubiarkan kata-kata-Nya bergema di hatiku: “Ya, Aku datang segera!”


“Ia yang memberi kesaksian tentang semuanya ini, berfirman: “Ya, Aku datang segera!” Amin, datanglah, Tuhan Yesus!” (Wahyu 22:20)

==========================================================
-Christnadi, 2013 untuk Rubrik Star Diary majalah Shining Star Komisi Remaja GKI Gunung Sahari, Januari 2014

Kamis, 26 Desember 2013

Cinta Pro-Aktif


Baru-baru ini saya melihat sebuah gambar. Sebenarnya bukan gambar sih, lebih tepatnya empat buah potongan percakapan sederhana. Isinya kira-kira seperti ini:

Karena suatu hari, orang yang ngomong, "Udah makan belum?" bakal kalah sama yang ngomong, "Makan bareng yuk!"
Karena suatu hari, orang yang selalu bilang, "Aku kangen kamu.." bakal kalah sama yang bilang, "Kamu di mana? Aku samperin ya, kita jalan bareng.."
Karena suatu hari, yang selalu bilang, "Kamu bisa pulang sendiri kan? Apa perlu aku jemput? Di mana? Jam berapa?" bakal kalah sama yang bilang, "Aku udah di depan nih, nungguin kamu. Pulang bareng yuk!"
Karena akhirnya, semua tipe dan kriteria yang kamu punya, akan dikalahkan sama dia, yang punya waktu, dan menyamankan hidupmu.."


Tulisan-tulisan ini sebenarnya mau menunjukkan sebuah cinta yang proaktif. Ia tidak diam, hanya bicara dan tidak melakukan apa-apa. Cinta proaktif selalu mengalir dalam gerak, dalam aksi yang nyata. Cinta seperti ini menjadi begitu mempesona.

Bukankah cinta seperti ini adalah cinta yang sama yang ditunjukkan oleh Tuhan kita?
Ketika jurang dosa yang memisahkan Diri-Nya dan manusia sudah terbuka begitu lebarnya, Ia tidak diam. Ia tidak diam saja di tempat-Nya yang nyaman di langit, melemparkan berbagai jenis hukuman ke bumi, sebagai upah dari pelanggaran yang manusia lakukan. Ia tidak menunggu manusia berjuang menghampiri-Nya. Lihatlah, Allah yang Maha Besar, Maha Agung, Maha Mulia itu melepaskan segala ketidakterbatasan-Nya itu untuk hadir dalam ruang, waktu, bahkan dalam tubuh yang terbatas. Bukankah itu bukti bahwa cinta-Nya adalah cinta yang proaktif?

Dan itulah cinta yang sesungguhnya,
Cinta yang menunggu, namun tidak menunda
Cinta yang menggebu, namun tidak memaksa
Cinta yang terus menghasilkan geliat gerak dalam gairah yang menghidupkan
Cinta yang mencari, menggapai sudut-sudut gelap kelam

Ia tidak buta, hanya tidak mau melihat
Ia tidak nekat, hanya berani mengambil resiko
Ia membiarkan dirinya terseret dalam bahaya,
Bukan bunuh diri, tapi mengorbankan diri
Bukan bodoh, tapi di luar pemikiran manusia

...

Dan lihatlah, Tuhan Yesus Sang Cinta Sejati itu terlahir dalam wujud seorang bayi yang lemah, tak berdaya, dan tak dapat berbuat apa-apa. Mengapa? Karena Ia memberi ruang bagi kita, mempersilahkan kita untuk mempraktekkan sebuah cinta yang sama.
Cinta yang proaktif, yang membuat kita tidak menunggu dalam diam, tetapi ikut dalam sebuah kerja sama yang dinamis, antara Allah Bapa dan kita, terjalin menjadi satu dalam cinta. Hingga pada akhirnya keselamatan kekal itu kita peroleh, yaitu berada dalam rumah-Nya, menikmati waktu bersama dengan-Nya, dicintai oleh-Nya dan mencintai-Nya secara aktif.

Selamat Natal, selamat merayakan kelahiran Yesus Kristus, Sang Cinta Kasih Kekal yang Proaktif. Amin.



=======================================================
-Christnadi, malam Natal 2013

Selasa, 10 Desember 2013

Angin


Angin boleh berhembus
Ia seakan merangkai cerita
Ia seakan memberiku kenangan
Ditemani lampu malam ia mempesona 

Angin boleh berhembus
Ia menemani aku bernyanyi
Ia menemani aku menangis
Ditemani lampu berkelap kelip

Angin bolehkah kau tetap bersama langit senjamu
Memukau tanpa banyak bicara
Indah tanpa banyak riasan

Angin bolehkah kau tetap memeluk diriku
Mengisi setiap ruang kosong dalam duniaku
Menghembus perlahan, memberi kehangatan

Bawalah pergi diriku
Jauh, menjumpai gumpalan awan kelabu
Hempaskan aku ke tempat yang kau inginkan
Jatuh, menyentuh batas lautan

Bawalah pergi hatiku
Bebaskan aku dari rasa pedih ini
Jangan ada lagi air mata, jangan ada jerit kesakitan
 
Karna raga ini lelah, tubuh tak berdaya
Terkulai di tengah gurun tanpa ujung
Tanpa tangan yang terulur.. tanpa harap yang menuntun..

Angin,
Kau usap wajahku yang basah karena air mata
Kau hiburku, menemaniku di sudut kota sepi ini

Angin,
Bawa aku pulang
Aku lelah.

===================================================
Puisi kolaborasi Christnadi P. Hendartha dengan Inggrid Hayasidarta,
di tempat masing-masing, Desember 2013

Suatu saat di batas senja...

 
Malam terlalu sunyi sepi
Ia menganggukkan kata bayang yang meninggalkan jejak gelap tanpa iringan cahaya
Aku menunggu malam beralih
Menjadi terang lalu kembali pada senja
Biarkan hanya senja
Aku dan kamu
Biarkan senja menemani
Tanpa kubiarkan ia menjadi gelap
Kurayu dengan sebuah senyum
Dan kutatap menengadah ke langit

Genggam tanganku, jangan lepaskan jemariku
Buatlah hati ini membisu dalam bias lembut percikan cahaya jingga
Membiarkan diri ini terenyuh dalam sebuah sunyi, dengan sebuah lengkung manis di bibir
Biarkan hanya kita,
Aku dan kamu
Dan senja bergerak perlahan
Berlambat-lambat kembali menuju persembunyiannya
Membawa semua rasa larut dalam hempasan angin teduh
Dalam keheningan, menuju malam senyap

...

Tak akan ku tahan lagi senja itu
Tak akan ku percepat malam beralih
Karena aku tahu,
Ada kau, dan aku,
Dan itu sudah cukup bagiku.

=========================================================
Puisi kolaborasi Christnadi P. Hendartha dengan Inggrid Hayasidarta,
di tengah kesibukan yang menyesakkan, Desember 2013

Sabtu, 05 Oktober 2013

Aku Tak Percaya Apa yang Kulihat


Aku tak percaya dengan apa yang aku lihat...
Dalam suatu malam yang gelap, dengan angin dingin menyusuri sela kota,
Aku melihat sesosok manusia di emperan sebuah toko bahan bangunan..

Ya, seorang manusia, lelaki separuh baya, bertubuh kurus, berkulit hitam legam, terduduk menyender pada sebuah dinding.
Heran bagiku, bagaimana lelaki itu bisa masuk? Karena toko bahan bangunan itu memiliki pagar yang tinggi, dengan kawat yang membentuk jaring kotak-kotak kecil menutup rapat setiap jengkal pagar tersebut, dan pintu gerbangnya sudah terkunci..
Mataku menangkap sebuah pintu kecil yang terbuka di bagian bawah pagar, hampir sebesar kotak kardus TV, seperti untuk hewan keluar masuk..
Ah.. sepertinya lelaki itu masuk melalui pintu kecil itu.

Setelah jawaban ditemukan, kemudian aku memperhatikan lelaki itu..
Termenung menghadap ke depan..
Terduduk dengan kaki terlipat dan tangan melingkar di kedua kaki..
Terdiam.. diringi gemeretak tubuh karena dingin..
Tanpa ekspresi, hanya terus terjaga dan melihat ke depan..

Aku tak percaya apa yang kulihat...

Aku tak percaya seorang lelaki, yang juga adalah manusia,
berada di depan sebuah toko milik manusia lain,
terduduk dalam hening dan dingin yang menusuk,
menatap ke depan seakan mencari sebuah harapan..

Aku tak percaya seorang aku, yang juga adalah manusia,
berjalan di depan sebuah toko milik manusia lain,
melangkah perlahan dalam hati yang hening dan dingin,
menatap ke arah lelaki yang memasuki celah kecil,
mendapat persinggahan,
mencari harapan..

Aku tak percaya apa yang kulihat...
Dan aku tak percaya bahwa tidak ada satu hal pun yang dapat aku lakukan untuknya..
Dia terduduk gemeretak dalam dunianya yang dingin,
sementara aku berjalan lurus terus menyusuri jalan perlahan..
Seakan dunia kami berbeda..
Seakan dunia kami hanya bersinggungan, hanya dapat saling mengintip, tanpa saling melintas..

Aku tak percaya kau tak pernah mengalaminya...
Dalam suatu saat dalam suatu ruang, kau tetap berjalan di tepi batas dunia..
Ya, di tepi batas dua dunia yang berbeda, yang mengizinkan kau mengintip tanpa melintas..
 Dan apa kau percaya apa yang kulihat?
Bahwa dua dunia ini memiliki dinding yang begitu tebal,
Yang membuat, aku, kau, kita, tak dapat melintasinya?

Apakah kau percaya dengan apa yang kau lihat?
Kalau tidak percaya, melintaslah! :)

==============================================================
-Christnadi, suatu malam yang dingin di September 2013

"Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair..."

 
 "As the deer pants for streams of water, so my soul pants for you, my God."
(Psalm 42:1 NIV)

Tuhan,
Aku merindukan-Mu
Dalam sepi, aku menantikan-Mu
Raga terasa rapuh,
Diri mengerang kesakitan,

Tuhan,
Aku membutuhkan-Mu
Dalam ketidakberdayaanku, aku mengagungkan-Mu
Aku bukan siapa-siapa, bukan apa-apa
Bukan mengapa yang harus mereka tanya,
Sehingga aku harus menjawab, "Karena.."

Tuhan,
Aku haus.
Dan Kau pernah merasakannya bukan?
Ketika Kau biarkan diri-Mu tergantung di palang itu,
Tanpa perlawanan, tanpa protes,
Hanya sepotong tanya,
"Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?"

Tuhan,
Inilah aku.
Dalam keberadaanku, aku ingin berkata,
"Terima kasih Tuhan"

==========================================================
-Christnadi, 2013