Jumat, 07 Desember 2012

CEPAAAAATTT!!



...

...kini aku tahu kehampaan itu apa..
kini aku mengerti ruang kosong seperti apa....

...

Wahai putri yang di antara semak belukar,
Yang menempatkan rumahnya di balik dinding ilalang..

Cepat keluar!
Pergi dari tempatmu sekarang!
Aku tak akan membiarkan engkau tahu rasanya kesepian!
Ditinggalkan yang tadinya datang,
Dicampakkan yang tadinya memuja..

Pergi!
Pergi dari tempatmu dan JANGAN KEMBALI!

Biarkanlah tanahmu tandus sepi kering dan membusuk
Biarkan tempatmu menjadi terlupa dan tak akan ada yang mengunjunginya lagi

CEPAT!
PERGI!
SEGERA!

Ayo!
Langkahkan kakimu dari sana!
Lekas!
Hampiri aku, raih tanganku!

CEPATT!!
Akan kubawa kau segera pergi dari tempat ini
Akan ku hantar kau ke batas langit atau tepian bumi
Akan ku bawa kau pergi,
pergi menjauh.. semakin jauh.. semakin jauh.. menjauhi kesunyian.. melupakan kehampaan.. semakin jauh.. semakin jauh..

CEPATT!! BERGEGAS!!
Jangan ragu sambut tanganku,
Jangan ragu hampiri aku!!
Kau butuh apa? Taman ria?
Lengkap dengan bianglala yang mengajakmu berputar? berputar? ber puuuuu taaar???

AYO CEPAT!
Raih tanganku!!
Genggam! Erat! Rekat! Lekat!

LIHAT!
Tempat istirahatmu kini menghisap masuk!
Berputar dalam arusnya, menarik apapun yang bisa ditarik!

LIHAT!
Bunga bunga layu, tanah busuk terkutuk!
Menyebarkan aroma kematian, dari tempat yang kau anggap nyaman!

CEPAAAATTTT!!!
Segera! dan jangan tunda!

Wahai Putri!
Lihat akuuu!
Ulurkan tanganmuuu!!
SEKARAAAAAAAAANGGGG!!!

...

===========================================================
-Christnadi, Desember 2012
didedikasikan untuk setiap orang yang merasa kesepian dan sendirian..
Hey! Bukan cuma kamu sendiri yang merasakan kesepian! :) *wink*

Kamis, 15 November 2012

Langkah Sang Musafir


Langit berganti warna
Sang Terang mengintip
dari balik jubah putih temaram
Aturan nada-nada sederhana teratur
sesuai derap langkah kaki

Ke manakah Sang Musafir melangkah?
Sedang kepak-kepak sayap itu menuju selatan?
Ia hanya diam termenung
memandangi Sang Terang yang tersenyum keheranan

Lihat jejak tak bertuan itu hendak menuntun
Meski Musafir tak berdaya mengikutinya
Lihat angin kering berhembus
Menggiring Musafir ke tempat yang tidak diingininya

Sang Terang menanti dengan sabar
Kaki-kaki lelah itu temukan jalannya
“Kembalilah wahai insan tak bertenaga,
Asa memanggilmu, pulanglah, pulang”

Lihat tubuh yang ditinggalkan jiwa
Terhisap gelap, terdampar di tengah padang tak berarah
Sang Terang makin merunduk di ufuk
Menatap sedih Sang Musafir pencari cinta

================================================
-Puisi Kolaborasi Ade Ayu S. Simorangkir dan Christnadi P. Hendartha yang kedua, 15 November, sehari setelah Ayu berulangtahun di 14 November 2012.


Dead. White. Rose.



Bunga mawar itu tak lagi menunjukkan keindahannya,
Ia mulai layu seiring senja menyapa,
Kering dan usang beranjak malam datang,
Mawar itu tak lagi menebar wangi cinta.

Hampiri dia,
Dan kau akan temukan kelopak lusuh
Sentuhlah dia,
Dan kau hanya dapatkan duri

Panggillah kehidupan dari ujung bumi,
Hembuskan cinta dari empat penjuru mata angin!
Biarkan sang mawar temukan asa,
Biarkan batang kering diairi kembali!

...

Dan kuteteskan air mata,
Untuk mawar tak bernyawa.
Terhempas, tergeletak tanpa daya,
Menanti angin membawanya pergi,
Sejauh mungkin, melalui kehampaan, menuju ketiadaan,
Hingga tanah tak mengenalinya lagi...

============================================================
-Puisi Kolaborasi Ade Ayu S. Simorangkir dan Christnadi P. Hendartha, November 2012

Senin, 12 November 2012

Untuk Ungu, Dari Kelabu

 
Aku.
Diriku.

Kamu.
Dirimu.

Aku.
Kelabu.
Kau.
Ungu.

Aku. Sendu. Redam. Lebam.
Dalam hening tak bergeming.
Kamu. Semu. Jauh. Rengkuh.
Dalam mimpi dalam sendiri.

Kau. Di sana.
Melihatmu di sana.
Tersenyum di sana.
Bahagia di sana.

Aku.
Dan diriku.
Menatapmu.
Dan dirimu.
Mencintaimu.
Dari sudut gelapku.

Selamat tinggal.
==================================================
-Christnadi, dalam keheningan malam di beranda asrama, November 2012

Selasa, 23 Oktober 2012

Kata di atas Kata


 Aku, melihat:
------ Tragedi. Sengketa. Huru-hara. Krisis. Gugat menggugat. Serang menyerang.
------ Dakwa. Tuduh. Saksi. Prasangka. Salah di antara benar. Jahat di antara baik.
------ Perbantahan. Kemiskinan. Kesengsaraan. Kemunafikan. Pengkhianatan.
Dan aku bertanya, “Mengapa?”

Aku, mencari:
------ Harmoni. Simfoni. Melodi. Rupa. Warna. Karya dalam makna.
------ Tawa. Canda. Girang. Senang. Riang. Suka dalam cita.
------ Kebahagiaan. Kesejahteraan. Keadilan. Kemanusiaan. Keselarasan.
Dan aku bertanya, “Di mana?”

Aku, mendapati:
------ Cinta.
Dan aku tersenyum.
Dan aku mengangguk.
Dan aku berkata,
“Ya!”

======================================================
-Christnadi, 2012 –sedikit eksperimen bermain kata-kata, dan... cinta *wink*

Sabtu, 20 Oktober 2012

Kumohon, berikan aku cinta...


Aku tergeletak lesu tak bertenaga
Menatap langit-langit ruangan ini
Hati mengaduh dalam diri
"Mengapa...?"

Mengapa awan hitam tak kunjung pergi?
Mengapa langit temaram tak kunjung berganti?
Apakah ini suatu pertanda,
Ataukah cakrawala hanya ikut merasa?

Mengapa?
Ku tanyakan pada Sang Penulis hidupku,
"Mengapa kisahku selalu seperti ini?"
"Mengapa kisah cinta ini tak seperti kisah lain, dengan akhir bahagia selamanya?"
"Mengapa cinta ini begitu rumit, sehingga tak ada yang mampu menguraikannya?"

Dan aku kembali terhempas,
tergeletak tak berdaya di tengah ruangan ini,
hanya bisa menatap,
menerawang jauh melebihi batas ruang,
membebaskan angan terbang melampaui awan-awan.

Berikan aku sepercik harapan,
Terbalut dalam semburat kuning senja,
Melayang dalam hembusan angin bertiup,
Menjumpai kebekuan dalam sudut hati terdalam.

Berikan aku mimpi,
Angan diri menyatu dalam utopia,
Melangkahi batas kenyataan, merengkuh kemustahilan,
Kesenangan maya dalam kebahagiaan semu

Berikan aku harmoni,
Nyanyikan melodi dalam diri,
Bunyikan gendangmu, mainkan irama,
Suarakan cintamu, biarkan telingaku mendengarnya!

...

Dan aku kembali di sini,
Terpenjara dalam ruang khayal tak tampak,
Membiarkan diri rebah dalam bayang gelap,
Perlahan kututup mata yang lelah ini,
Kutarik diri dalam tidur panjang,
dan membeku dalam rengkuhan mimpi.


Ku mohon,
berikan aku cinta.

===========================================================
Christnadi, dalam kamar yang temaram gelap, berbaring di ranjang, menatap ke atas hingga puisi selesai ditulis, Oktober 2012
*puisi ini ditulis diikuti rasa dalam hati dengan sedikit... hiperbola :)

Jumat, 19 Oktober 2012

Temukan Dia

Bertanyalah pada langit, dan awan-awan akan menjawab
Bertanyalah pada bintang timur, dan gemerlapnya akan memesonamu
Bertanyalah pada desiran angin lembut, menghembus dari barat ke timur, dan alirannya akan membawa keraguanmu terbang jauh

Perlukah kata-kata untuk menjawab tanya?
Perlukah hati untuk menjawab rasa?
Perlukah cahaya untuk menjawab gelap?

Berikan tanganmu, berikan jemarimu
Biarkan dirimu dibawanya ke istana langit
Biarkan dirimu ditarik ke kastil yang sunyi

Carilah di sudut gelap, temukan partikel cahaya
Carilah di menara tertinggi, temukan fajar menyibak cakrawala
Carilah di dasar hati, temukanlah dia.

Jumpai dia dalam kesunyian, dan dia akan berimu keheningan
Hampiri dia dalam jerit tangis, dan dia akan berimu air mata
Gapailah dia dalam kota-kota insani, dan dia akan berimu sorak semarak 
Dapatkan dia dalam gugusan bintang-bintang, dan dia akan berimu semesta

...

Akhirnya Sang Dia menampakkan diriNya,
Dan Ia menghampirimu;
Dan Ia memberimu jawab:
“Akulah DIA yang memegang tangan kananmu, dan berkata kepadamu,
Janganlah takut, Akulah DIA yang menolong engkau”
===================================================
-Christnadi, suatu senja di STT Jakarta, 2012

Senin, 03 September 2012

Siapakah yang Tuhan?

Aku, manusia.
Aku berada di sini.
Terhimpit.. tenggelam.. terdiam tak berdaya,
Terhisap makin masuk dalam lumpur hina dosa..

Lumpur ini mengikat, menjerat,
Seakan tak melepaskan diriku darinya.
Dosa ini menyesakkan,
Meremukkan sendi-sendi dalam diriku,
Dan membiarkanku terkulai lemah
Membiarkanku seperti bangkai hewan dalam kubangan kebinasaan.

Tanganku kujulurkan naik,
Segenap tenaga kukerahkan,
Ingin kugenggam sedikit udara surga,
Ingin kugapai keselamatan itu dan menariknya ke bawah,
Ingin kudapatkan pembebasan itu, ingin kujumpai yang kusebut dengan kehidupan.

...

Aku, manusia.
Aku berada di sini.
Ingin melihat dan memahami apa yang Kau pikirkan.
Ingin mengetahui dan mengerti apa yang Kau rasakan.

Kau, Allahku.
Kau berada di sana,
Di Maha Langit di atas sana.

Aku takut saat memikirkan apa yang Kau rasakan.
Aku takut mengetahui apa yang Kau pikirkan tentang diriku.
Aku takut membayangkan murka-Mu,

Ketika Engkau melihat aku dengan segala kenistaanku,
Karena Engkau kudus, bahkan lebih dari kudus,
Dan aku pendosa, akulah yang pantas disebut hina itu.

Inilah aku, manusia.
Dengan gemetar aku bersujud di kaki salib-Mu.
Tersungkur penuh penyesalan di hadapan tubuh yang tak bernyawa,
Di hadapan tubuh yang remuk penuh luka, yang terus mengalirkan darah segar.

Ketika Engkau memutuskan untuk menyelamatkanku,
Aku bertanya dalam diri,
"Siapakah yang Tuhan?"

...

"Siapakah yang Tuhan?"
Ketika Engkau memanusiakan diri-Mu, jauh lebih rendah dan hina lebih dari aku.

"Siapakah yang Tuhan?"
Ketika Engkau menunjukkan kesetiaan-Mu kepadaku, jauh lebih setia dibandingkan kesetiaanku pada-Mu.

"Siapakah yang Tuhan?"
Ketika Engkau mempersembahkan hidup-Mu seluruhnya, seutuhnya, sementara aku mempersembahkan hidupku seadanya, secukupnya.

"Siapakah yang Tuhan?"
Ketika Engkau menjadi 'martir' pertama dan satu-satunya bagiku, membela diriku habis-habisan hingga kematian menjemput! Sementara aku...
Aku...

...

Aku gemetar di hadapan-Mu,
Aku tidak ada nilainya lagi dibandingkan kasih-Mu.
Engkaulah yang Tuhan,
Akulah yang pendosa.

Biarkan aku tenggelam dalam lumpur nista ini,
Biarkan aku terkulai tak berdaya dalam dosa yang menyesakkan ini.
Akulah pendosa hina,
Engkaulah Tuhan mulia.

...

Namun kulihat,
Tangan-Mu terus terulur.
Aku tersentak, percikan harapan kembali menyala dalam diri.
Ku angkat tanganku yang lemah ini,
Berusaha menggapai Kasih Sejati,
Berusaha mendapatkan Keselamatan Abadi.

Kasih itu tiba.
Kasih itu menjadi nyata kurasakan dalam genggamanku,
Menyeruak masuk dalam hatiku.
Mengangkatku perlahan keluar dari pusaran maut,
Membasuh diri yang kotor ini, membalut setiap luka yang ada.

...

Engkau,Tuhan
Aku, Manusia
Aku berada di sini, di hadirat-Mu.
Ijinkan aku tetap di sini, menikmati kehadiran-Mu, dan menjadikan-Mu Tuhan atas hidupku.

Engkau, Pemilikku
Aku, milik-Mu
Terimalah hidupku.
===========================================================
Christnadi, 2012 - hasil doa imajinatif dalam mata kuliah Spiritualitas Kristiani.

Minggu, 13 Mei 2012

"..."

"..."

semarakku sudah berakhir..
tapi Engkau semarak bagiku ya Tuhan..

"..."

gegap gempita di ruang hati ini memudar..
kesunyian hati menjadi satu-satunya yang ada di hati..
tapi Engkaulah alunan melodi indah yang sayup terdengar..
masuk perlahan, mengisi setiap sudut hampa dalam diri..

"..."

ketika kesendirian itu menjadi nyata..
ketika suara-suara lain terdengar jauh..
insan-insan berdiri dalam jarak..
dan kekosongan hadir di sekeliling diri ini..

Kau hadir dalam sentuhan lembut di hati..
Kau menjumpaiku, menyapa perlahan..
Kau bercakap denganku dalam saat perhentian..
Kau menyampaikan kata-kataMu dalam bahasa yang tak terucapkan..

"..."

Tuhan,
mengapa Kau menciptakan langit yang begitu luas di sana,
membiarkan banyak ruang kosong di cakrawala?
mungkinkah merpati lemah di atas sana juga kesepian seperti aku di sini?

"..."

dan kutemui jawaban di sudut hati...

langit tak pernah kosong
awan-awan berarak sesuai jalurnya
mentari datang dan pergi di ujung langit
dan lihat,
cintaMu memenuhi tiap ruang kosong di antaranya
cintaMu mengalir di antara hembusan angin lembut
cintaMu menelusup hingga ke jurang terdalam,
dan cintaMu kuhirup dalam tiap hembusan nafasku..

kini hatiku tak seperti ruang angkasa yang hampa,
yang kosong tak berisi, hanya ada kesunyian di sana,
kini hatiku penuh dengan hangatnya cinta kasih surgawi,
membawa sorak sukacita dan nyanyian malaikat kembali terdengar!

"Tuhan, Engkau baik..."

kini dalam kesunyian yang sama,
dalam kesendirian yang nyata,
lengkung senyumku tercipta
karna aku tahu,
ruang hati ini bukanlah sudut mati
ruang hati ini tak berisi kehampaan
aku merasakan cinta memenuhi udara di sekelilingku
dan membiarkan cinta terhirup bebas olehku
merasuk memenuhi setiap sudut di hati
menelusup ke sendi-sendi yang goyah
dan membuatku berjejak tangguh di bukitku.

"Tuhan Yesus, Engkau sangat baik!"
 =========================================================
-Christnadi, 13 Mei 2012, 16:24 sore, di tengah kesendirian Ruang Komisi Remaja GKI Gunung Sahari dan di tengah kesepian hati ini, namun kuakhiri puisi ini dengan sorak sukacita di hati dan lengkung senyum di wajah.. "Tuhan Yesus Kristus, Engkau teramat baik bagiku!" *bigsmile*

Minggu, 22 April 2012

The Game of Life

Suatu saat, seorang anak muda mengikuti ibadah remaja di gerejanya. Ibadah itu berjalan seperti biasa hingga tiba saatnya untuk pengakuan dosa.

Sang Pelayan Liturgis berkata, "Saya ingin mengajak kita semua merenungkan segala dosa pelanggaran kita melalui sebuah permainan sederhana yang saya beri nama, The Game of Life!"

Semua yang hadir mulai tertarik dengan kata-kata Pelayan Liturgis ini, mereka penasaran dengan permainan yang ditawarkan.

"Sekarang buka kesepuluh jari kalian," Sang Pelayan Liturgis juga ikut mengunjukkan kesepuluh jarinya.
"Jari kalian menunjukkan skor yang kalian miliki. Di permainan ini, kalian hanya perlu mempertahankan skor kalian sebanyak mungkin hingga akhir permainan ini. Syarat utamanya adalah: KEJUJURAN."

Anak muda itu terheran-heran, ia memperhatikan teman-teman di sekelilingnya. Teman-teman di sebelah kiri dan kanannya sudah membuka telapak tangannya, menunjukkan kesepuluh jarinya. Meski ragu, anak muda itu perlahan ikut membuka telapak tangannya.

Pelayan Liturgis terus melanjutkan kata-katanya.
"Baiklah, kita mulai permainan ini. Saya sudah memiliki 15 daftar perbuatan yang kita lakukan dalam hidup sehari-hari. Nanti saya akan menyebutkannya satu per satu dan tugas kalian adalah menutup satu jari untuk setiap perbuatan yang pernah atau masih kalian lakukan, mudah bukan?"

Anak muda itu terkejut mendengar aturan main yang disebutkan, sementara itu jemaat hening, bersiap mendengar daftar itu dibacakan.

"..."

Pelayan Liturgis kemudian mulai membacakan satu per satu daftar perbuatan yang ia miliki.

"Berbohong,..."

Anak muda itu terkejut, itu yang sering dilakukannya tiap hari. Ia kemudian menurunkan salah satu jarinya.

"..menyontek,..."

Anak muda itu beberapa kali pernah melakukannya. Satu jari anak muda itu diturunkan lagi.

"..iri hati,..."

Ia diam saja.

"..egois,..."

Ya, dia yakin itu sifatnya, satu jari lagi diturunkan.

"..pikiran kotor,..."

Ia terkejut. Ya, isi pikirannya kotor. Satu jari lagi terpaksa ia turunkan.

"..marah-marah,..."

Sepertinya ia merasa tidak begitu marah-marah.

"..menyakiti diri sendiri,..."

Dia tersadar, itu memang dirinya. Dia cepat-cepat menurunkan satu jarinya lagi.

"..kasar,..."

Ia diam saja.

"..malas,..."

Satu jarinya dengan cepat diturunkan.

"..dendam,..."

Ia terkejut, ia memang menyimpan dendam kepada ayahnya di dalam hatinya.

"Bagaimana? Berapa jari yang tersisa?" tanya Sang Pelayan Liturgis. Anak muda itu gemetar, ia melihat jari-jarinya yang masih berdiri tegak, skor di tangannya tinggal 3.
Pelayan Liturgis itu lalu melanjutkan kata-katanya lagi,

"Omong kotor,..."

Ya, memang itu yang sering keluar dari mulut anak muda itu, ia kembali menurunkan jarinya.

"..bantah orang tua,..."

Ia terkejut, ia ingat kemarin baru saja berteriak-teriak melawan ibunya hingga ibunya menangis karenanya. Satu jari lagi ia turunkan.

"..mencuri,..."

Belum pernah sepertinya. Ia diam saja.

"..mabuk-mabukan,..."

Hampir, tapi belum. Ia diam saja.

"..dan yang terakhir... pornografi."

Anak muda itu tertunduk lemas, penuh rasa malu dan hina, ia terpaksa menurunkan jari tangannya yang terakhir. Kini habis sudah 'skor kehidupannya'. Dosa-dosanya membuat nilai kehidupannya nol, tak bersisa.

Ia gemetar, terisak, tak dapat berkata-kata lagi. Kemegahannya, keangkuhannya, runtuh sudah.

Sang Pelayan Liturgis terdiam sejenak, ia kemudian berkata, "Sekarang buka tangan kalian kembali, dan balikkan telapak tangan kalian. Perhatikan telapak tangan kalian baik-baik!"

Anak itu membuka tangannya, dan menatap tangannya yang berkeringat dan gemetar itu.

"Dosa dan pelanggaran yang kita lakukan telah membuat diri kita tak ada nilainya lagi, tapi dulu, Seseorang telah mati untuk kita, membuat tanganNya berlubang supaya tangan kita saat ini tetap utuh, dan mati di kayu salib untuk menebus dosa kita dan menyelamatkan kita dari maut, dialah Tuhan Yesus Kristus, Sang Juruselamat," Pelayan Liturgis melanjutkan kata-katanya.

Anak muda itu memperhatikan lekat-lekat telapak tangannya yang bersih, dan dengan penuh penyesalan ia membayangkan seandainya ada sebuah lubang yang menganga di telapak tangannya, seperti yang ada pada Tuhan Yesus.

"Dan lihat, sekarang kita memiliki skor yang sempurna,..."

Anak muda itu terkejut karena menyadari kesepuluh jarinya telah terbuka kembali.

"Skor yang sempurna ini ada bukan karena kita yang mampu mempertahankan dan membuatnya jadi sempurna, namun karna Tuhan Yesus menganugerahkan keselamatan yang menyempurnakan diri kita."

Air mata perlahan turun membasahi pipi anak muda ini, ia kemudian tertunduk penuh penyesalan sekaligus syukur atas pengampunan yang Tuhan Yesus Kristus berikan...

...

Teman, saat ini anugerah keselamatan dari Tuhan Yesus Kristus juga tersedia bagimu. Sudahkah kau mengakui setiap dosa dan kesalahan yang telah kau perbuat? Sudahkah kau menerima Tuhan Yesus dalam hatimu, dan mengakui Dia dengan mulutmu bahwa Dialah Tuhan dan Juruselamat pribadimu?

Marilah kita berdoa, "Tuhan Yesus, terima kasih Tuhan saat ini aku disadarkan kembali atas pengorbananMu di kayu salib, tersiksa dan mati untuk menebus setiap dosa dan pelanggaran yang telah kubuat, dan bangkit untuk memberikanku hidup yang baru. Oleh sebab itu, aku mau mengakui dan mohon ampun atas setiap dosa-dosaku, dan menerima Engkau sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadiku. Masuklah dalam hatiku, berkuasalah penuh atas hidupku. Terima kasih Tuhan. Dalam Nama Tuhan Yesus aku berdoa, Amin.

===============================================================
-Christnadi, 22-April-2012
Bisa teman-teman praktekkan untuk sesi pengakuan dosa saat menjadi pelayan liturgis di gereja teman-teman masing-masing :) Tuhan Yesus memberkati!

Rabu, 18 April 2012

Mourning Melodies




Di tengah kesunyian ini, aku mendentingkan nadaku
Berharap ia terbang, mencari jalannya sendiri menyusuri lorong

Aku menunggu, hingga larut malam
Aku menunggu, di sudut sepi kota ini
Lihat aku di sini,
Jumpai aku segera!

Aku menantikan ia kembali,
Akankah nadaku menjemput melodi?
Akankah nyanyian surgawi dapat kudengar?

Jumpai aku, malaikatku!
Jumpai aku, berikan aku sepasang sayap,
Biarkan aku membentangkannya,
Biarkan aku terbang, setinggi-tingginya!

Jumpai aku, malaikatku!
Bawa aku menyusuri bukit, turuni lembah,
Menari bersamaku, gerakkan kakimu bersamaku
Bunyikan kecapi, tabuh gendangmu!

Namun aku masih di sini,
Menantimu, hingga larut malam
Menantimu,yang tak kunjung datang

Di manakah nada yang kubunyikan itu?
Sudahkah ia menemukan jalannya sendiri menyusuri lorong?
Sudahkah ia menjemput melodi?
Sudahkah ia membawa simfoni surgawi?

Hampiri aku, malaikatku,
Nada-nada ratapan memenuhi ruang hati
Irama dukacita hendak mengalir dari dalam diri

Namun mulut ini terkatup,
Sekuat tenaga tak kubiarkan irama kematian itu terdengar
Terlalu menyakitkan untuk didengar
Terlalu menyayat hati bila dinikmati

Akhirnya aku terdiam,
Membiarkan kesunyian memenuhi sudut sepi ini..



...



Hingga sayup-sayup terdengar,
Nyanyian para malaikat memecah keheningan
Irama surgawi mengalun lembut
Mengganti tangis ratapku menjadi sorak sukacita!
===============================================
-Christnadi, April 2012

Jumat, 13 April 2012

LOST


Di sudut sunyi hatiku
Aku tersungkur, meraung tanpa suara
Tak kusangka aku kembali ke sudut ini lagi
Namun sudut ini semakin terasa kelam mencekam

Tidak!
Kekelaman hati ini makin menyesakkan!
Setiap tarikan nafas aku makin tercekik!

Nuraniku memaksa kaki ini melangkah
Berderap seribu langkah, menerjang lintasan waktu

Hati ini memaksaku naik ke bukit tertinggi
Tapi tubuh ini terhempas ke jurang terdalam

Ku berlari mencari mentari, menjauhi gelap malam
Tubuh ini lemah, diri ini lelah
Aku terjebak, hilang akal, hilang tenaga

Aku pinta kepada Sang Khalik
Perbuatlah apapun yang Dia inginkan
Padaku makhluk tanpa daya ini

Adakah yang lebih dalam dari tubir laut?
Benamkan saja diri ini ke sana

Namun Dia menumbuhkan sayap pada diriku
Meregangkan dan mengajakku terbang
Melayang bebas di bawah mentari
Membebaskan aku dari sudut yang kelam
==============================================
- Christnadi, Phantom of the Opera, 2009

Rabu, 11 April 2012

Hold My Hand


Saat kita bertemu di batas senja
Risau dan gundah tersirat di wajahmu
Takutkah engkau akan datangnya malam?
Takutkah bersua dengan gelap kelam?

Mari genggamlah tanganku
Ku ajak kau menari di lautan bintang
Ku temani kau melintasi sinar rembulan
Menembus langit malam gelap kelam

Sang Khalik tersenyum padamu
Ia bersukacita ketika kau bersukacita
Ia selalu mengasihimu apapun keadaanmu
Meskipun seringkali kau melupakanNya

Tak pernah Tuhan tinggalkanmu dalam kegelapan yang menakutkan
Tak pernah Tuhan biarkan dirimu tersiksa dalam kekelaman
CahayaNya terang selalu ada untukmu
Menyinari gelap hidupmu bagai terang rembulan
Berkelap-kelip menyibakkan kelam hidupmu bagai bintang-bintang

Mari genggamlah tanganku
Ku ajak kau menanti apa yang kusebut fajar
Ku temani kau menyambut mentari pagi
Membuka hari cerah tanpa gelap kelam
Dan bersyukur pada Sang Khalik setiap waktu!

“You just call out my name..
And you know whereever I am..
I’ll come runnin’ to see you again..”

“Winter, spring, summer, and fall..
All you have to do is call..
And I’ll be there, yes I will..

You’ve got a friend..!”
 ==============================================
-Christnadi, 2009

Jumat, 06 April 2012

Aku, sang pendosa...

Lihatlah aku di sini, kawan!
Aku terdiam, mulutku terkatup di tengah keramaian
Apalagi yang harus aku sampaikan? Bantahan? Pembelaan?
Kau tahu? Aku tidak layak menyampaikannya.

Lihatlah aku di sini, kawan!
Kau mengenalku kah? Kau melihat dosa pelanggaranku kah?
Akhirnya kini kau mengetahuinya, setelah kau lihat aku di sini..
Tersudut oleh perasaan bersalahku,
Tertindih hukuman berat yang harus kutanggung.

Dengarkan aku, kawan..
Aku ini sang pendosa,
Mulai dari dosa kecil hingga pelanggaran besar
Aku lakukan semua itu di hari-hari hidupku
Lekas! Nyanyikan bagiku lagu berkabung,
Aku ingin mendengarnya!
Lihat, maut menantiku di depan pintu,
Sebagai upah atas dosa-dosaku

Dengarkan isak tangisku, kawan..
Percayakah air mata ini kucurahkan dari hati yang tergores?
Dengarkan, hatiku telah berteriak!
Hatiku menjerit kesal penuh penyesalan!
Namun, entahlah.. aku merasa sudah terlambat..
Hukuman telah tersedia bagiku, aku tak dapat melarikan diri darinya!

Aku, sang pendosa,
Aku mendengar semuanya..
Semua orang melemparkan hujatan dan olok-olok..
Aku layak menerima semua ini..
Namun, ketika kubuka mataku, aku tahu,
Ada seseorang di antara kami yang sangat mereka benci. Bukan aku.
Semua penghinaan diarahkan padanya

"BUKANKAH ENGKAU ADALAH KRISTUS? SELAMATKANLAH DIRIMU DAN KAMI"
Begitu teriak salah seorang dari kami.
Apa..?? Kristus?!
Ku perhatikan baik-baik siapa yang ada di antara kami..
Kristus Yesus? Yesus dari Nazaret?!
Aku sering mendengar tentangNya!

Kini mataku sendiri melihatNya
Aku tahu, Dialah yang disebut sebagai Anak Allah!
Kata-kataNya benar, diriNya tak bersalah!

"TIDAKKAH ENGKAU TAKUT, JUGA TIDAK KEPADA ALLAH, SEDANG ENGKAU MENERIMA HUKUMAN YANG SAMA?"

"KITA MEMANG SELAYAKNYA DIHUKUM, SEBAB KITA MENERIMA BALASAN YANG SETIMPAL DENGAN PERBUATAN KITA, TETAPI ORANG INI TIDAK BERBUAT SESUATU YANG SALAH"

Boleh mulutku terkatup untuk setiap olok-olok yang aku terima,
Jelas kawan, AKU MEMANG PENDOSA!!
Tapi aku tak bisa tinggal diam ketika Yesus yang tak bersalah ini diolok-olok,
bahkan oleh penjahat sepertiku!

Oh, Yesus dari Nazaret...
Mengapa Kau ada di sini bersamaku??
Bukan tempatMu di sini..

Namun, ku teringat perkataanNya dulu,
"Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal"

Aku mengerti sekarang mengapa Ia di sini,
dan aku percaya kepadaNya...

"YESUS, INGATLAH AKAN AKU, APABILA ENGKAU DATANG SEBAGAI RAJA"

Kudengar, Sang Mesias menjawab:
"AKU BERKATA KEPADAMU, SESUNGGUHNYA HARI INI JUGA ENGKAU AKAN ADA BERSAMA-SAMA DENGAN AKU DI DALAM FIRDAUS"

... kawan..
kau lihat aku sekarang?
aku kembali terdiam...

aku terdiam dalam sukacita yang tak terkatakan..
aku memang layak menerima hukuman ini, beserta maut yang menantiku,
namun Yesus Sang Juruselamat telah menderita bersamaku,
menanggung maut bagiku, dan memberiku keselamatan..

Lihatlah aku di sini, kawan...
Lihatlah pengorbanan Yesus itu juga tersedia bagimu..
Ratapilah Dia yang menderita dan mati menanggung dosamu,
Dan bersukacitalah, Dia telah menaklukkan maut bagimu!

==================================================
-Christnadi, Jumat Agung 2012