Jumat, 26 September 2014

Tuhan sudah mati!



Seringkali, kita membuat Tuhan buta!
Karena kita sering melakukan banyak hal tanpa berpikir Tuhan selalu memperhatikan kita

Seringkali, kita membuat Tuhan tuli!
Karena kita enggan untuk berdoa, kita pikir Tuhan tidak akan mendengar

Seringkali, kita membuat Tuhan bisu!
Karena kita tidak lagi mau mendengar suara-Nya, ketika Ia menjawab doa kita, kita malah tidak menghiraukan dan mencari jawaban doa yang lain

Seringkali, kita membuat Tuhan lumpuh!
Karena tiap hari, kita isi hidup kita dengan kuatir, kita ragu apakah Tuhan mampu menolong kita

Seringkali, kita membuat Tuhan menjadi begitu jahat!
Karena kita sering mengeluh dengan penderitaan yang kita alami, sambil bertanya, "Tuhan, mengapa?!!", sementara semua itu sebenarnya akibat dari kesalahan kita sendiri

Seringkali, bagi kita, Tuhan sudah mati.
Dia tak lagi hadir di dalam kehidupan kita,
Tak ada lagi mata yang mencarinya,
Tak ada lagi mulut yang menyebutkan nama-Nya,
Tak ada lagi lutut yang bertelut di hadapan-Nya,
Malah kita membangun kubur-Nya.
Berusaha membungkus jasad-Nya dengan segala keakuan, kesombongan diri, dan kemunafikan
Bayangan-Nya bergentayangan di topeng yang kita gunakan,
sementara diri-Nya sudah menjadi tulang-tulang kering di tumpukan debu kotor dalam hati.

Sesungguhnya,
Kitalah yang mati,
Dan membiarkan tubuh terkubur dalam ilusi.
Kitalah yang mati,
Karena kita tak lagi dapat melihat diri kita yang sedang mengering, membusuk, digerogoti oleh dosa yang kita pelihara.

Seringkali, kita membuat Tuhan menangis,
Namun kali ini, Ia menangis terharu
Karena tulang-tulang kering yang tergeletak tanpa harapan,
Kini menjemput kehidupan,
Menerima cinta,
Merengkuh keselamatan.

Seringkali, kita membuat Tuhan memeluk kita erat-erat.
Karena, Ia mencintai kita.

========================================================
-Christnadi, perenungan mendalam tentang kehidupan, Juni 2014

Tuhan, Tinggallah



Setetes air mata dan seberkas senyum...
Tuhan, duduklah di sampingku malam ini
Dua tetes air mata dari tubuh yang bergetar...
Tuhan, jangan tinggalkan aku

Mencari-Mu di tengah kesendirian ini
Dalam sudut ruang gelap yang sama
Aku kembali, aku meringkuk di sana
Tanpa harap akan seberkas cahaya
Tanpa menunggu hangat yang memeluk
Aku tertunduk, aku diam, aku kelu

Tuhan, temani aku
Saat suara-suara makin menjauh,
Langkah melambat, terhenti
Angin berhembus datang mencekat, mencekik
Dengan hati yang susah, dengan raga yang payah
Aku membisik
Memanggil-Mu

Tuhan, tinggallah
Hingga mata ini menutup
Karna harapan telah terkubur dalam debu
Dan kehidupan telah menjadi pahit

Tuhan,
Kau di sini,
Terimalah aku.

=================================================
Christnadi, 29 Mei 2014
Puisi dibuat malam-malam, cepat-cepat, hasil refleksi dan simpati terhadap orang-orang yang ditinggalkan sendiri, dikucilkan, dan berusaha mengubur masa depannya.
Kawan... Tuhan duduk di sampingmu :)