Selasa, 23 Oktober 2012

Kata di atas Kata


 Aku, melihat:
------ Tragedi. Sengketa. Huru-hara. Krisis. Gugat menggugat. Serang menyerang.
------ Dakwa. Tuduh. Saksi. Prasangka. Salah di antara benar. Jahat di antara baik.
------ Perbantahan. Kemiskinan. Kesengsaraan. Kemunafikan. Pengkhianatan.
Dan aku bertanya, “Mengapa?”

Aku, mencari:
------ Harmoni. Simfoni. Melodi. Rupa. Warna. Karya dalam makna.
------ Tawa. Canda. Girang. Senang. Riang. Suka dalam cita.
------ Kebahagiaan. Kesejahteraan. Keadilan. Kemanusiaan. Keselarasan.
Dan aku bertanya, “Di mana?”

Aku, mendapati:
------ Cinta.
Dan aku tersenyum.
Dan aku mengangguk.
Dan aku berkata,
“Ya!”

======================================================
-Christnadi, 2012 –sedikit eksperimen bermain kata-kata, dan... cinta *wink*

Sabtu, 20 Oktober 2012

Kumohon, berikan aku cinta...


Aku tergeletak lesu tak bertenaga
Menatap langit-langit ruangan ini
Hati mengaduh dalam diri
"Mengapa...?"

Mengapa awan hitam tak kunjung pergi?
Mengapa langit temaram tak kunjung berganti?
Apakah ini suatu pertanda,
Ataukah cakrawala hanya ikut merasa?

Mengapa?
Ku tanyakan pada Sang Penulis hidupku,
"Mengapa kisahku selalu seperti ini?"
"Mengapa kisah cinta ini tak seperti kisah lain, dengan akhir bahagia selamanya?"
"Mengapa cinta ini begitu rumit, sehingga tak ada yang mampu menguraikannya?"

Dan aku kembali terhempas,
tergeletak tak berdaya di tengah ruangan ini,
hanya bisa menatap,
menerawang jauh melebihi batas ruang,
membebaskan angan terbang melampaui awan-awan.

Berikan aku sepercik harapan,
Terbalut dalam semburat kuning senja,
Melayang dalam hembusan angin bertiup,
Menjumpai kebekuan dalam sudut hati terdalam.

Berikan aku mimpi,
Angan diri menyatu dalam utopia,
Melangkahi batas kenyataan, merengkuh kemustahilan,
Kesenangan maya dalam kebahagiaan semu

Berikan aku harmoni,
Nyanyikan melodi dalam diri,
Bunyikan gendangmu, mainkan irama,
Suarakan cintamu, biarkan telingaku mendengarnya!

...

Dan aku kembali di sini,
Terpenjara dalam ruang khayal tak tampak,
Membiarkan diri rebah dalam bayang gelap,
Perlahan kututup mata yang lelah ini,
Kutarik diri dalam tidur panjang,
dan membeku dalam rengkuhan mimpi.


Ku mohon,
berikan aku cinta.

===========================================================
Christnadi, dalam kamar yang temaram gelap, berbaring di ranjang, menatap ke atas hingga puisi selesai ditulis, Oktober 2012
*puisi ini ditulis diikuti rasa dalam hati dengan sedikit... hiperbola :)

Jumat, 19 Oktober 2012

Temukan Dia

Bertanyalah pada langit, dan awan-awan akan menjawab
Bertanyalah pada bintang timur, dan gemerlapnya akan memesonamu
Bertanyalah pada desiran angin lembut, menghembus dari barat ke timur, dan alirannya akan membawa keraguanmu terbang jauh

Perlukah kata-kata untuk menjawab tanya?
Perlukah hati untuk menjawab rasa?
Perlukah cahaya untuk menjawab gelap?

Berikan tanganmu, berikan jemarimu
Biarkan dirimu dibawanya ke istana langit
Biarkan dirimu ditarik ke kastil yang sunyi

Carilah di sudut gelap, temukan partikel cahaya
Carilah di menara tertinggi, temukan fajar menyibak cakrawala
Carilah di dasar hati, temukanlah dia.

Jumpai dia dalam kesunyian, dan dia akan berimu keheningan
Hampiri dia dalam jerit tangis, dan dia akan berimu air mata
Gapailah dia dalam kota-kota insani, dan dia akan berimu sorak semarak 
Dapatkan dia dalam gugusan bintang-bintang, dan dia akan berimu semesta

...

Akhirnya Sang Dia menampakkan diriNya,
Dan Ia menghampirimu;
Dan Ia memberimu jawab:
“Akulah DIA yang memegang tangan kananmu, dan berkata kepadamu,
Janganlah takut, Akulah DIA yang menolong engkau”
===================================================
-Christnadi, suatu senja di STT Jakarta, 2012