Minggu, 22 April 2012

The Game of Life

Suatu saat, seorang anak muda mengikuti ibadah remaja di gerejanya. Ibadah itu berjalan seperti biasa hingga tiba saatnya untuk pengakuan dosa.

Sang Pelayan Liturgis berkata, "Saya ingin mengajak kita semua merenungkan segala dosa pelanggaran kita melalui sebuah permainan sederhana yang saya beri nama, The Game of Life!"

Semua yang hadir mulai tertarik dengan kata-kata Pelayan Liturgis ini, mereka penasaran dengan permainan yang ditawarkan.

"Sekarang buka kesepuluh jari kalian," Sang Pelayan Liturgis juga ikut mengunjukkan kesepuluh jarinya.
"Jari kalian menunjukkan skor yang kalian miliki. Di permainan ini, kalian hanya perlu mempertahankan skor kalian sebanyak mungkin hingga akhir permainan ini. Syarat utamanya adalah: KEJUJURAN."

Anak muda itu terheran-heran, ia memperhatikan teman-teman di sekelilingnya. Teman-teman di sebelah kiri dan kanannya sudah membuka telapak tangannya, menunjukkan kesepuluh jarinya. Meski ragu, anak muda itu perlahan ikut membuka telapak tangannya.

Pelayan Liturgis terus melanjutkan kata-katanya.
"Baiklah, kita mulai permainan ini. Saya sudah memiliki 15 daftar perbuatan yang kita lakukan dalam hidup sehari-hari. Nanti saya akan menyebutkannya satu per satu dan tugas kalian adalah menutup satu jari untuk setiap perbuatan yang pernah atau masih kalian lakukan, mudah bukan?"

Anak muda itu terkejut mendengar aturan main yang disebutkan, sementara itu jemaat hening, bersiap mendengar daftar itu dibacakan.

"..."

Pelayan Liturgis kemudian mulai membacakan satu per satu daftar perbuatan yang ia miliki.

"Berbohong,..."

Anak muda itu terkejut, itu yang sering dilakukannya tiap hari. Ia kemudian menurunkan salah satu jarinya.

"..menyontek,..."

Anak muda itu beberapa kali pernah melakukannya. Satu jari anak muda itu diturunkan lagi.

"..iri hati,..."

Ia diam saja.

"..egois,..."

Ya, dia yakin itu sifatnya, satu jari lagi diturunkan.

"..pikiran kotor,..."

Ia terkejut. Ya, isi pikirannya kotor. Satu jari lagi terpaksa ia turunkan.

"..marah-marah,..."

Sepertinya ia merasa tidak begitu marah-marah.

"..menyakiti diri sendiri,..."

Dia tersadar, itu memang dirinya. Dia cepat-cepat menurunkan satu jarinya lagi.

"..kasar,..."

Ia diam saja.

"..malas,..."

Satu jarinya dengan cepat diturunkan.

"..dendam,..."

Ia terkejut, ia memang menyimpan dendam kepada ayahnya di dalam hatinya.

"Bagaimana? Berapa jari yang tersisa?" tanya Sang Pelayan Liturgis. Anak muda itu gemetar, ia melihat jari-jarinya yang masih berdiri tegak, skor di tangannya tinggal 3.
Pelayan Liturgis itu lalu melanjutkan kata-katanya lagi,

"Omong kotor,..."

Ya, memang itu yang sering keluar dari mulut anak muda itu, ia kembali menurunkan jarinya.

"..bantah orang tua,..."

Ia terkejut, ia ingat kemarin baru saja berteriak-teriak melawan ibunya hingga ibunya menangis karenanya. Satu jari lagi ia turunkan.

"..mencuri,..."

Belum pernah sepertinya. Ia diam saja.

"..mabuk-mabukan,..."

Hampir, tapi belum. Ia diam saja.

"..dan yang terakhir... pornografi."

Anak muda itu tertunduk lemas, penuh rasa malu dan hina, ia terpaksa menurunkan jari tangannya yang terakhir. Kini habis sudah 'skor kehidupannya'. Dosa-dosanya membuat nilai kehidupannya nol, tak bersisa.

Ia gemetar, terisak, tak dapat berkata-kata lagi. Kemegahannya, keangkuhannya, runtuh sudah.

Sang Pelayan Liturgis terdiam sejenak, ia kemudian berkata, "Sekarang buka tangan kalian kembali, dan balikkan telapak tangan kalian. Perhatikan telapak tangan kalian baik-baik!"

Anak itu membuka tangannya, dan menatap tangannya yang berkeringat dan gemetar itu.

"Dosa dan pelanggaran yang kita lakukan telah membuat diri kita tak ada nilainya lagi, tapi dulu, Seseorang telah mati untuk kita, membuat tanganNya berlubang supaya tangan kita saat ini tetap utuh, dan mati di kayu salib untuk menebus dosa kita dan menyelamatkan kita dari maut, dialah Tuhan Yesus Kristus, Sang Juruselamat," Pelayan Liturgis melanjutkan kata-katanya.

Anak muda itu memperhatikan lekat-lekat telapak tangannya yang bersih, dan dengan penuh penyesalan ia membayangkan seandainya ada sebuah lubang yang menganga di telapak tangannya, seperti yang ada pada Tuhan Yesus.

"Dan lihat, sekarang kita memiliki skor yang sempurna,..."

Anak muda itu terkejut karena menyadari kesepuluh jarinya telah terbuka kembali.

"Skor yang sempurna ini ada bukan karena kita yang mampu mempertahankan dan membuatnya jadi sempurna, namun karna Tuhan Yesus menganugerahkan keselamatan yang menyempurnakan diri kita."

Air mata perlahan turun membasahi pipi anak muda ini, ia kemudian tertunduk penuh penyesalan sekaligus syukur atas pengampunan yang Tuhan Yesus Kristus berikan...

...

Teman, saat ini anugerah keselamatan dari Tuhan Yesus Kristus juga tersedia bagimu. Sudahkah kau mengakui setiap dosa dan kesalahan yang telah kau perbuat? Sudahkah kau menerima Tuhan Yesus dalam hatimu, dan mengakui Dia dengan mulutmu bahwa Dialah Tuhan dan Juruselamat pribadimu?

Marilah kita berdoa, "Tuhan Yesus, terima kasih Tuhan saat ini aku disadarkan kembali atas pengorbananMu di kayu salib, tersiksa dan mati untuk menebus setiap dosa dan pelanggaran yang telah kubuat, dan bangkit untuk memberikanku hidup yang baru. Oleh sebab itu, aku mau mengakui dan mohon ampun atas setiap dosa-dosaku, dan menerima Engkau sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadiku. Masuklah dalam hatiku, berkuasalah penuh atas hidupku. Terima kasih Tuhan. Dalam Nama Tuhan Yesus aku berdoa, Amin.

===============================================================
-Christnadi, 22-April-2012
Bisa teman-teman praktekkan untuk sesi pengakuan dosa saat menjadi pelayan liturgis di gereja teman-teman masing-masing :) Tuhan Yesus memberkati!

Rabu, 18 April 2012

Mourning Melodies




Di tengah kesunyian ini, aku mendentingkan nadaku
Berharap ia terbang, mencari jalannya sendiri menyusuri lorong

Aku menunggu, hingga larut malam
Aku menunggu, di sudut sepi kota ini
Lihat aku di sini,
Jumpai aku segera!

Aku menantikan ia kembali,
Akankah nadaku menjemput melodi?
Akankah nyanyian surgawi dapat kudengar?

Jumpai aku, malaikatku!
Jumpai aku, berikan aku sepasang sayap,
Biarkan aku membentangkannya,
Biarkan aku terbang, setinggi-tingginya!

Jumpai aku, malaikatku!
Bawa aku menyusuri bukit, turuni lembah,
Menari bersamaku, gerakkan kakimu bersamaku
Bunyikan kecapi, tabuh gendangmu!

Namun aku masih di sini,
Menantimu, hingga larut malam
Menantimu,yang tak kunjung datang

Di manakah nada yang kubunyikan itu?
Sudahkah ia menemukan jalannya sendiri menyusuri lorong?
Sudahkah ia menjemput melodi?
Sudahkah ia membawa simfoni surgawi?

Hampiri aku, malaikatku,
Nada-nada ratapan memenuhi ruang hati
Irama dukacita hendak mengalir dari dalam diri

Namun mulut ini terkatup,
Sekuat tenaga tak kubiarkan irama kematian itu terdengar
Terlalu menyakitkan untuk didengar
Terlalu menyayat hati bila dinikmati

Akhirnya aku terdiam,
Membiarkan kesunyian memenuhi sudut sepi ini..



...



Hingga sayup-sayup terdengar,
Nyanyian para malaikat memecah keheningan
Irama surgawi mengalun lembut
Mengganti tangis ratapku menjadi sorak sukacita!
===============================================
-Christnadi, April 2012

Jumat, 13 April 2012

LOST


Di sudut sunyi hatiku
Aku tersungkur, meraung tanpa suara
Tak kusangka aku kembali ke sudut ini lagi
Namun sudut ini semakin terasa kelam mencekam

Tidak!
Kekelaman hati ini makin menyesakkan!
Setiap tarikan nafas aku makin tercekik!

Nuraniku memaksa kaki ini melangkah
Berderap seribu langkah, menerjang lintasan waktu

Hati ini memaksaku naik ke bukit tertinggi
Tapi tubuh ini terhempas ke jurang terdalam

Ku berlari mencari mentari, menjauhi gelap malam
Tubuh ini lemah, diri ini lelah
Aku terjebak, hilang akal, hilang tenaga

Aku pinta kepada Sang Khalik
Perbuatlah apapun yang Dia inginkan
Padaku makhluk tanpa daya ini

Adakah yang lebih dalam dari tubir laut?
Benamkan saja diri ini ke sana

Namun Dia menumbuhkan sayap pada diriku
Meregangkan dan mengajakku terbang
Melayang bebas di bawah mentari
Membebaskan aku dari sudut yang kelam
==============================================
- Christnadi, Phantom of the Opera, 2009

Rabu, 11 April 2012

Hold My Hand


Saat kita bertemu di batas senja
Risau dan gundah tersirat di wajahmu
Takutkah engkau akan datangnya malam?
Takutkah bersua dengan gelap kelam?

Mari genggamlah tanganku
Ku ajak kau menari di lautan bintang
Ku temani kau melintasi sinar rembulan
Menembus langit malam gelap kelam

Sang Khalik tersenyum padamu
Ia bersukacita ketika kau bersukacita
Ia selalu mengasihimu apapun keadaanmu
Meskipun seringkali kau melupakanNya

Tak pernah Tuhan tinggalkanmu dalam kegelapan yang menakutkan
Tak pernah Tuhan biarkan dirimu tersiksa dalam kekelaman
CahayaNya terang selalu ada untukmu
Menyinari gelap hidupmu bagai terang rembulan
Berkelap-kelip menyibakkan kelam hidupmu bagai bintang-bintang

Mari genggamlah tanganku
Ku ajak kau menanti apa yang kusebut fajar
Ku temani kau menyambut mentari pagi
Membuka hari cerah tanpa gelap kelam
Dan bersyukur pada Sang Khalik setiap waktu!

“You just call out my name..
And you know whereever I am..
I’ll come runnin’ to see you again..”

“Winter, spring, summer, and fall..
All you have to do is call..
And I’ll be there, yes I will..

You’ve got a friend..!”
 ==============================================
-Christnadi, 2009

Jumat, 06 April 2012

Aku, sang pendosa...

Lihatlah aku di sini, kawan!
Aku terdiam, mulutku terkatup di tengah keramaian
Apalagi yang harus aku sampaikan? Bantahan? Pembelaan?
Kau tahu? Aku tidak layak menyampaikannya.

Lihatlah aku di sini, kawan!
Kau mengenalku kah? Kau melihat dosa pelanggaranku kah?
Akhirnya kini kau mengetahuinya, setelah kau lihat aku di sini..
Tersudut oleh perasaan bersalahku,
Tertindih hukuman berat yang harus kutanggung.

Dengarkan aku, kawan..
Aku ini sang pendosa,
Mulai dari dosa kecil hingga pelanggaran besar
Aku lakukan semua itu di hari-hari hidupku
Lekas! Nyanyikan bagiku lagu berkabung,
Aku ingin mendengarnya!
Lihat, maut menantiku di depan pintu,
Sebagai upah atas dosa-dosaku

Dengarkan isak tangisku, kawan..
Percayakah air mata ini kucurahkan dari hati yang tergores?
Dengarkan, hatiku telah berteriak!
Hatiku menjerit kesal penuh penyesalan!
Namun, entahlah.. aku merasa sudah terlambat..
Hukuman telah tersedia bagiku, aku tak dapat melarikan diri darinya!

Aku, sang pendosa,
Aku mendengar semuanya..
Semua orang melemparkan hujatan dan olok-olok..
Aku layak menerima semua ini..
Namun, ketika kubuka mataku, aku tahu,
Ada seseorang di antara kami yang sangat mereka benci. Bukan aku.
Semua penghinaan diarahkan padanya

"BUKANKAH ENGKAU ADALAH KRISTUS? SELAMATKANLAH DIRIMU DAN KAMI"
Begitu teriak salah seorang dari kami.
Apa..?? Kristus?!
Ku perhatikan baik-baik siapa yang ada di antara kami..
Kristus Yesus? Yesus dari Nazaret?!
Aku sering mendengar tentangNya!

Kini mataku sendiri melihatNya
Aku tahu, Dialah yang disebut sebagai Anak Allah!
Kata-kataNya benar, diriNya tak bersalah!

"TIDAKKAH ENGKAU TAKUT, JUGA TIDAK KEPADA ALLAH, SEDANG ENGKAU MENERIMA HUKUMAN YANG SAMA?"

"KITA MEMANG SELAYAKNYA DIHUKUM, SEBAB KITA MENERIMA BALASAN YANG SETIMPAL DENGAN PERBUATAN KITA, TETAPI ORANG INI TIDAK BERBUAT SESUATU YANG SALAH"

Boleh mulutku terkatup untuk setiap olok-olok yang aku terima,
Jelas kawan, AKU MEMANG PENDOSA!!
Tapi aku tak bisa tinggal diam ketika Yesus yang tak bersalah ini diolok-olok,
bahkan oleh penjahat sepertiku!

Oh, Yesus dari Nazaret...
Mengapa Kau ada di sini bersamaku??
Bukan tempatMu di sini..

Namun, ku teringat perkataanNya dulu,
"Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal"

Aku mengerti sekarang mengapa Ia di sini,
dan aku percaya kepadaNya...

"YESUS, INGATLAH AKAN AKU, APABILA ENGKAU DATANG SEBAGAI RAJA"

Kudengar, Sang Mesias menjawab:
"AKU BERKATA KEPADAMU, SESUNGGUHNYA HARI INI JUGA ENGKAU AKAN ADA BERSAMA-SAMA DENGAN AKU DI DALAM FIRDAUS"

... kawan..
kau lihat aku sekarang?
aku kembali terdiam...

aku terdiam dalam sukacita yang tak terkatakan..
aku memang layak menerima hukuman ini, beserta maut yang menantiku,
namun Yesus Sang Juruselamat telah menderita bersamaku,
menanggung maut bagiku, dan memberiku keselamatan..

Lihatlah aku di sini, kawan...
Lihatlah pengorbanan Yesus itu juga tersedia bagimu..
Ratapilah Dia yang menderita dan mati menanggung dosamu,
Dan bersukacitalah, Dia telah menaklukkan maut bagimu!

==================================================
-Christnadi, Jumat Agung 2012