Rabu, 30 September 2009

Hampa Sepi Sendiri

Ketika aku berdiri di bukit hijau ini
Aku pandangi langit lautan bintang
Aku hendak menyendiri di tengah kegelapan malam ini
Hati ini telah lelah berteriak sementara mulut telah terdiam membisu

"Tuhan, mengapa Kau ciptakan kerapuhan di tiap pilar hatiku?
"Tuhan, mengapa Kau tempatkan kekosongan pada ruang hati ini?"

Diri ini merasa sendirian
Hati ini terasa sunyi sepi
Insan di luar sana tak datang mencariku
Kalaupun mencariku pasti bukan untuk temani aku di sini

Mungkinkah aku memang diciptakan untuk berjuang sendiri?
Tak perlukah ku harap insan mengerti dan peduli?

Kini, biarkan aku di sini
Di bukit hijau di bawah langit malam
Ingin rasanya hati menahan malam
Mencegah datangnya siang yang menyakitkan

Mulutku tak berdaya berkata-kata
Lututku sudah letih untuk berdiri
Aku berderai air mata

Tak disangka ksatria ini begitu lemah
Tak disangka kesendirian ini membuatku tak berdaya
Tak disangka kesepian ini menyengsarakan diriku

"Tuhan, teguhkanlah pilar-pilar hati ini dengan kekuatanMu"
"Tuhan, penuhilah ruang kosong hati ini dengan CintaMu"
"Tuhan, dampingi aku, sertai aku, temani aku, di sini...

...dan biarkan aku tertidur dengan tenang di bawah sinar rembulan"


==============================================
- Christnadi, 2009

Ksatria Cinta

Seperti pejuang kalah perang
Melangkah pulang tertunduk lemas
Tak berdaya merubah peristiwa
Tak berdaya menggapai asa

Ksatria kah aku kalau paksakan?
Ksatria kah aku kalau menangis?

Hatiku
Jangan risau
Bukan sakit karena disakiti
Hanya sakit karena cinta ini

Masih bolehkah ku berharap?
Bukan terlalu berharap
Tapi amat sangat berharap

Hatiku
Jangan risau
Bukan tangis karena kecewa
Hanya tangis karena cinta

JANGAN KATAKAN CINTA BAK PEDANG BERMATA DUA
menyayangi dan melukai

Tak ingin ku terisak
Tak boleh ku menangis
TERLAMBAT
Air mata mengalir turun

Kuingin darimu
Sayang itu - Cinta itu - Kasih itu
Maafkan aku terlalu mencintaimu

Kuingin darimu
Kesempatan itu
Untuk dapat menyayangimu

Cakrawala Malam

Ku bersimpuh di bawah atap langit
Ku menatap terjang gelap malam
Menjelajah ribuan bintang angkasa
Berharap temukan yang satu itu

Angin malam membelai lembut
Terasa dingin menusuk hati beku
Tak hiraukan kepala tertekan rembulan
Tak hiraukan raga tertusuk kegelapan

Hati mendapat di langit kelam
Satu bintang berpendar lembut
Mungkinkah itu yang kau tatap tiap malam
Karena cahayanya membisikkan namamu

Tubuh terkulai lemah
Tak berdaya menahan cakrawala
Ku pinta Tuhan melenyapkan kegelapan
Supaya cahaya lembut dapat kau tatap


=====================================
- Christnadi, 2009

Insan dan Cinta

Mata terbuka lebar-lebar
Melihat - Tak terlihat
Menelusuri arah tanpa batas
Mencari - Tak tercari

Hentikan!
Netra tak berguna
Pejamkan saja

Seketika bunyi menghampiri
Pasir berbisik
Angin bergemuruh
Hati berteriak

Cukup!
Mulut merangkai kata
Hati tercurah

Insan berjuang sendiri
Menerjang bayangan
Temui kesunyian
Mengerang
Melolong

Mata ini lelah
Telinga menyerah
Mulut tiada daya
Hati tak mendapat

Melihat cinta
Mencari cinta
Mendengar cinta
Membisik cinta
Meneriakkan cinta

Terlihat - Terdengar - Terkatakan

PERCUMA

Insan tak mendapat cinta


=============================
- Christnadi, 2009

Andai

Andai wajahku secerah langit hari ini
Mungkin dapat kubuat kau tersenyum

Andai kata-kataku seindah alunan melodi
Mungkin kau dapat terbuai dalam simponiku

Berdukakah aku karena langit hari ini tak cerah?
Bersedihkah aku karena alunan melodi tak indah?

Biarkan langit tak cerah
Tapi wajahku akan buat kau tersenyum

Biarkan melodi tak indah
Tapi kata-kataku akan buat kau terbuai


=====================================
- Christnadi, 2009

"A..."

"A..."
Tak bersuara
Tak terucap
Hanya mulut terbuka

"A..."
Bukan jeritan
Bukan rintihan
Hanya kata ingin tersampaikan

Bahwa

"A..."
Sudahlah
Tak perlu terkatakan
Cukup hati menyimpan

"A..."
"Aku..."
"Aku cinta..."

Bagiku,
Cinta tak terkatakan
Cukup hati yang merasa
Tanpa mulut terbuka

Tapi

"A..."

=============================
- Christnadi, 2009

Selasa, 22 September 2009

Fajar dan Senja

Tersebutlah dua saat dalam satu hari
Buah tangan Sang Khalik pada bentangan cakrawala
Tersebutlah dua nama diberikan manusia
FAJAR sang batas pagi dan SENJA sang batas sore

FAJAR,
Ketika semburat kuning menyeruak keluar
Merobek gelapnya langit malam tak berbintang
Menampakkan warna semu yang lembut

SENJA,
Ketika mentari menyentuh batas malam
Membuat langit seakan tersipu malu
Sebelum tenggelam dalam gelap langit tak berwarna

Ku pandangi setiap jengkal cakrawala
Pada dua saat lembut indah
Seakan Sang Khalik berbisik lembut
"Tenanglah anakKU, jangan takut"

Jangan takut hadapi teriknya mentari siang
Dengan segala tindak tanduk manusia di bawah matahari
Jangan takut hadapi kelamnya malam
Dengan segala misteri yang menanti di bawah purnama

Senin, 14 September 2009

Kamu dan Aku

Dagu kuangkat mata kubuka
Lihat langitmu langitku
Awan indah dekap cakrawala

Indah?
Tutupi langit lautan bintang
Indah?
Terbang rendah tak berwarna

TAK PEDULI
Langitmu langitku
Tanpa bintang ada bintang
PERCAYA
Langitmu langitku tetap itu
Bintangmu bintangku tetap di situ

Tak peduli
Angin bernama badai itu datang
Percaya
Aku tetap aku
Dan kamu tetap di situ

Menengadah telusuri angkasa
Berharap awan berarak menjauh
Kembalikan langit berparas bintang-bintang

Bukan ingin lihat indah
Hanya inginkan satu itu
Supaya aku dan kamu bisa bersuara
"Bintangku dan bintangmu ada di sana"