Sabtu, 05 Oktober 2013

Aku Tak Percaya Apa yang Kulihat


Aku tak percaya dengan apa yang aku lihat...
Dalam suatu malam yang gelap, dengan angin dingin menyusuri sela kota,
Aku melihat sesosok manusia di emperan sebuah toko bahan bangunan..

Ya, seorang manusia, lelaki separuh baya, bertubuh kurus, berkulit hitam legam, terduduk menyender pada sebuah dinding.
Heran bagiku, bagaimana lelaki itu bisa masuk? Karena toko bahan bangunan itu memiliki pagar yang tinggi, dengan kawat yang membentuk jaring kotak-kotak kecil menutup rapat setiap jengkal pagar tersebut, dan pintu gerbangnya sudah terkunci..
Mataku menangkap sebuah pintu kecil yang terbuka di bagian bawah pagar, hampir sebesar kotak kardus TV, seperti untuk hewan keluar masuk..
Ah.. sepertinya lelaki itu masuk melalui pintu kecil itu.

Setelah jawaban ditemukan, kemudian aku memperhatikan lelaki itu..
Termenung menghadap ke depan..
Terduduk dengan kaki terlipat dan tangan melingkar di kedua kaki..
Terdiam.. diringi gemeretak tubuh karena dingin..
Tanpa ekspresi, hanya terus terjaga dan melihat ke depan..

Aku tak percaya apa yang kulihat...

Aku tak percaya seorang lelaki, yang juga adalah manusia,
berada di depan sebuah toko milik manusia lain,
terduduk dalam hening dan dingin yang menusuk,
menatap ke depan seakan mencari sebuah harapan..

Aku tak percaya seorang aku, yang juga adalah manusia,
berjalan di depan sebuah toko milik manusia lain,
melangkah perlahan dalam hati yang hening dan dingin,
menatap ke arah lelaki yang memasuki celah kecil,
mendapat persinggahan,
mencari harapan..

Aku tak percaya apa yang kulihat...
Dan aku tak percaya bahwa tidak ada satu hal pun yang dapat aku lakukan untuknya..
Dia terduduk gemeretak dalam dunianya yang dingin,
sementara aku berjalan lurus terus menyusuri jalan perlahan..
Seakan dunia kami berbeda..
Seakan dunia kami hanya bersinggungan, hanya dapat saling mengintip, tanpa saling melintas..

Aku tak percaya kau tak pernah mengalaminya...
Dalam suatu saat dalam suatu ruang, kau tetap berjalan di tepi batas dunia..
Ya, di tepi batas dua dunia yang berbeda, yang mengizinkan kau mengintip tanpa melintas..
 Dan apa kau percaya apa yang kulihat?
Bahwa dua dunia ini memiliki dinding yang begitu tebal,
Yang membuat, aku, kau, kita, tak dapat melintasinya?

Apakah kau percaya dengan apa yang kau lihat?
Kalau tidak percaya, melintaslah! :)

==============================================================
-Christnadi, suatu malam yang dingin di September 2013

"Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair..."

 
 "As the deer pants for streams of water, so my soul pants for you, my God."
(Psalm 42:1 NIV)

Tuhan,
Aku merindukan-Mu
Dalam sepi, aku menantikan-Mu
Raga terasa rapuh,
Diri mengerang kesakitan,

Tuhan,
Aku membutuhkan-Mu
Dalam ketidakberdayaanku, aku mengagungkan-Mu
Aku bukan siapa-siapa, bukan apa-apa
Bukan mengapa yang harus mereka tanya,
Sehingga aku harus menjawab, "Karena.."

Tuhan,
Aku haus.
Dan Kau pernah merasakannya bukan?
Ketika Kau biarkan diri-Mu tergantung di palang itu,
Tanpa perlawanan, tanpa protes,
Hanya sepotong tanya,
"Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?"

Tuhan,
Inilah aku.
Dalam keberadaanku, aku ingin berkata,
"Terima kasih Tuhan"

==========================================================
-Christnadi, 2013