Sabtu, 26 Januari 2013

Kesuksesan Berbanding Lurus dengan Kesendirian


Tulisan ini merupakan refleksi dan analisa singkat dari kejadian yang pernah kualami. Suatu saat, aku bersama ibuku berjumpa dengan seorang bapak yang sudah cukup berumur. Ia bekerja sebagai komisaris utama di perusahaannya sendiri. Di rumahnya yang cukup mewah itu, ia hanya tinggal berdua dengan istrinya yang usianya juga tak jauh beda. Aku bersama ibuku kemudian menyusuri sebuah ruang dengan dinding penuh dengan bingkai foto dan macam-macam bentuk penghargaan. Lebih dominan terlihat, foto-foto kedua anak perempuannya.

"Ini foto-foto kami sekeluarga," tiba-tiba ia menjelaskan, "anak kami ada dua, yang satu sekarang kerja di Bali, yang lebih muda kuliah di Australia."

Aku dan ibuku berdecak kagum. Orang tuanya sangat berhasil. Selain sukses dalam pekerjaannya sendiri, mereka berhasil membesarkan anak mereka hingga mencapai kesuksesan juga. Orang tua mana yang tidak bangga melihat anaknya sukses di kota lain atau negeri lain.

"Yah, jadilah kami hanya tinggal berdua di sini..," kata Bapak itu sambil tersenyum.

Benar saja, aku kemudian memperhatikan sekeliling, rumah besar ini kemudian terasa kosong. Komplek rumah yang tenang menambah kesunyian rumah itu. Sebelumnya, kami sudah bertemu istri dari bapak itu. Ia sedang duduk santai di depan televisi menyaksikan tayangan yang tak diperhatikannya dengan serius. Bapak itu kemudian melanjutkan cerita-ceritanya dengan bangga, menceritakan keluarganya dan keberhasilan yang ia capai.

Saat itulah aku menghentikan waktuku sejenak.
Aku menatap ke sudut-sudut kosong ruangan itu, dan kursi-kursi empuk yang jarang diduduki.
Aku menatap wajah-wajah yang selalu terpajang manis di "dinding kebanggaan"-nya itu, meski aku kurang yakin apakah pemilik wajah-wajah manis itu sering juga berada dalam ruangan ini.

Pertanyaan muncul dalam benakku, "Apakah ini yang orang sebut dengan 'Keberhasilan'?"
Semua orang setuju, tak ada keberhasilan yang lebih membahagiakan selain melihat anak-anaknya sukses, tak hanya di dalam kota, namun di lain tempat, luar kota, luar negeri. Namun, hal ini ternyata memiliki harga yang harus dibayar. Kesendirian mau tidak mau harus diterima oleh mereka berdua. Anak-anak yang dulu mungkin sering ditinggalkan karena orang tua sibuk bekerja, kini malah berbalik meninggalkan mereka di masa tuanya, untuk hal yang sama, mencapai kesuksesan.

Lalu, bagaimana jika aku tengok beberapa kisah lain, tentang kesuksesan yang lain.
Seorang ayah yang bekerja keras untuk membayar sebuah kesuksesan, akhirnya tanpa sadar meninggalkan seorang anak bertanya pada ibunya, "Papa kok belum pulang, Ma?"
Ah, sepertinya aku ingat anak yang lain yang menangis karena diomeli pengasuhnya ketika ditinggal oleh orang tuanya yang bekerja.
Oh iya, tak lupa juga seorang nenek yang sendirian di rumahnya, duduk di tepi ranjangnya. Ia memegang kitab suci dan berdoa, mendoakan anak-anaknya yang sedang berada di kota yang namanya asing dan sulit diucapakannya dalam doanya.

Jadi, inikah yang disebutkan oleh banyak orang tentang apa itu "Kesuksesan"?
Inikah yang harus kukenal tentang "Keberhasilan"?
Ayolah, katakan padaku bahwa pikiranku ini salah!
Ayolah, tunjukkan padaku keberhasilan tanpa memenjarakan insan-insan dalam kesendirian!

...

Ataukah memang harus kubuat rumus,
bahwa KESUKSESAN memang berbanding lurus dengan KESENDIRIAN?

======================================================
  -Christnadi P. Hendartha, setelah banjir besar pada Januari 2013