Sabtu, 19 September 2015
Hilang
Takut, lalu menghela napas
Takut, kemudian menghela napas
Tiada jeda di antara formula itu
Sama seperti kecemasan yang menguntitku
Tanpa jeda, tiada henti
Setiap kali aku memikirkan kita,
pikiranku selalu tersandung;
Apakah kita bahkan benar-benar ada?
Mataku kini tak lagi berdaya
memisahkan yang maya dari yang nyata
Tiada keberanian hinggap di hatiku
untuk mengakui bahwa rasa itu memang ada,
memang nyata
Pandanganku diselimuti kabut
kabut jarak dan waktu
Membuatmu semakin sulit terlihat
Ada seperti tidak ada
Jauh sekaligus dekat sekali
Langkahku terasa semakin berat,
semakin gontai
Kabut itu semakin memedihkan mataku
Sepertinya aku harus berhenti di sini
'tuk mencari sosokmu;
Di manakah engkau?
Perlahan aku menghentikan langkah
Jejakmu sudah lenyap
Bayang-bayangmu tak tersisa lagi
Tinggal aku tercekat dalam sunyi
Takut, lalu menarik napas
Takut, kemudian menarik napas
Jantung berdegup di antara keduanya
Tak ada lagi yang bisa kuhirup
Saat melihatmu menjadi ilusi dalam khayal
Mengapa aku tak bisa menggapaimu lagi?
Menemukanmu dalam rengkuhanku
Menjumpaimu di bawah langit temaram
Bersemu merah jingga
Dan awan berarak
Menudungi kita
Sepertinya aku terlalu bodoh
Membiarkan realitamu tergeser dari kehidupanku
Tanpa sedikitpun aku mencegahnya
Dan memastikan kau ada
Mengisi celah-celah jariku
Kutunggu kau di sini
Di ruang sejarah di ujung garis waktu
Duduklah bersamaku
Sebelum bayang gelap menghampiriku
==================================================
Puisi kolaborasi Christnadi P. Hendartha dengan Novrianna G. Carolina Hutagalung, 19 September 2015, seraya berdoa, semoga UKM tulis menulis di kampus kami dapat diadakan :)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar