Dikutip dari Majalah Shining Star Komisi Remaja GKI Gunung Sahari edisi Maret 2014
Pepatah mengatakan "banyak jalan menuju Roma,"
dan memang banyak jalan telah dibuka untuk memudahkan orang datang ke kota
Roma, tetapi tetap saja jalan-jalan itu tidak dapat membawa sahabatku ke kota
besar itu.
Perkenalkan, aku Gayus, sahabat Paulus. Aku
sedang memikirkan sahabatku ini.
Apakah kau mengenalnya? Dia seorang penginjil
yang hebat! Meski ia bukan salah satu dari dua belas rasul, namun perjumpaannya
dengan Yesus di Damsyik telah mengubahkan dia dan membuatnya sama gigihnya
dengan keduabelas rasul untuk memberitakan Injil.
Kini Paulus sedang menetap di rumahku. Diam-diam
kuamati apa yang sedang ia lakukan di kamar yang kuberikan padanya untuk ia
tempati. Ia masih termenung, seperti kemarin-kemarin. Terutama hari ini, sore
yang teduh di rumahku yang sunyi ini membuatnya kembali termenung sambil
memegang kalam di tangannya. Ia masih melanjutkan menulis surat itu, sambil
memandang jauh ke luar jendela.
Surat itu, surat untuk jemaat di Roma. Ia
tuliskan sejak ia tinggal di rumahku, dalam rentang waktu yang cukup lama,
tidak seperti surat-surat lainnya. Padahal, jemaat di Roma bukanlah jemaat yang
ia dirikan. Ia hanya mendengar kabar tentang jemaat di Roma dari
sahabat-sahabatnya yang pernah ke sana. Konon katanya, jemaat di Roma sedang
berada dalam tekanan, dalam ancaman bahaya. Meski demikian, jemaat Roma adalah
jemaat yang cukup besar jika dibandingkan dengan jemaat di kota lain.
Kemarin malam, ketika Paulus sedang makan malam
bersama keluargaku, ia menceritakan bagaimana surat untuk jemaat di Roma itu
hampir rampung. Tinggal sedikit lagi ia menyelesaikan surat itu dan mengirimnya
ke Roma. Ia juga bercerita bagaimana ia menuliskan beberapa pokok-pokok
pemikiran teologisnya. Dalam surat itu ia menuliskan bagaimana Injil dipahami
sebagai wujud pewartaan kuasa Allah yang menyelamatkan manusia dari dosa, lalu
tentang kutuk dan pembenaran Allah, tentang umat Kristen Yahudi dan Non Yahudi
yang seharusnya tidak dibedakan, serta tentang hidup dalam pengharapan.
Dengan semangat ia menjelaskan secara rinci
kepadaku apa saja yang ia tuliskan dalam surat yang akan ia kirimkan ke Roma.
Katanya, ia ingin jemaat di Roma yang besar itu memperoleh kekuatan baru dan
semakin kuat sebagai gereja yang merupakan satu kesatuan tubuh Kristus. Melihat
cara Paulus menjelaskan pemikiran-pemikiran teologisnya dalam surat itu, aku
rasa Paulus juga ingin memperkenalkan dirinya, dengan harapan ia dapat diundang
untuk mengajar di jemaat itu.
Ya, Paulus ingin sekali mengunjungi jemaat Roma.
Tertulis dalam suratnya, "Aku berdoa, semoga dengan kehendak Allah aku
akhirnya beroleh kesempatan untuk mengunjungi kamu. Sebab aku ingin melihat
kamu untuk memberikan karunia rohani kepadamu guna menguatkan kamu, yaitu,
supaya aku ada di antara kamu dan turut terhibur oleh iman kita bersama, baik
oleh imanmu maupun oleh imanku."
Memang, ia sudah tidak lagi mempunyai pekerjaan
di kota ini, jadi tidak ada alasan juga untuk kami menghalang-halangi Paulus
untuk tidak pergi. Namun, Paulus terus mendapat kesulitan untuk segera pergi ke
sana. Banyak hal yang harus ia kerjakan, termasuk menangani masalah-masalah
yang ada di jemaat-jemaat yang ia dirikan.
Lihat, setelah dari tadi ia termenung menatap
jauh ke luar jendela, kini ia menundukkan kepala, berdoa kepada Allah.
Sahabatku ini terus menggumuli visinya untuk memberitakan Injil di Roma, di
tengah-tengah jemaat Roma yang besar itu.
Aku, Gayus yakin bahwa suatu saat Tuhan sendiri
yang akan mengantarkan sahabatku ini ke Roma, dengan satu jalan yang telah Tuhan
siapkan, yang lebih mampu membawanya ke Roma dibandingkan banyak jalan menuju
Roma yang manusia buat.
Berjuanglah sahabatku Paulus, Tuhan pasti
menyertaimu ke mana pun engkau melangkah.
** Cerita ini merupakan narasi imajinatif yang
hendak menceritakan tentang Paulus dan surat yang ia tulis untuk jemaat di
Roma, dan benar, Tuhan sendiri yang membuka jalan bagi Paulus untuk sampai di
Roma. Sekitar tahun 56 Masehi, Paulus di tangkap di Yerusalem karena membawa
murid-muridnya yang adalah kaum Yunani, ia lalu dihadapkan kepada Feliks dan
tahun 58M ia naik banding sehingga ia dibawa menghadap Festus. Ia juga bertemu
Raja Agripa II dan terus mengajukan naik banding hingga ke tingkat Kaisar, oleh
sebab itu ia harus di bawa ke Roma. Dalam keadaan terbelenggu, ia menjalani
perjalanan laut yang sulit dan mengancam nyawa. Akhirnya, tahun 59 Masehi ia
tiba di Roma, berjumpa dengan jemaat Roma, dan sambil menjalani proses
pengadilan, ia terus mengabarkan Injil di Roma. Tahun 64 Masehi, Paulus mati
sebagai martir di Roma, di bawah kekejaman Kaisar Nero.
==========================================================
-Christnadi, 2013 untuk Rubrik Star Bible majalah Shining Star Komisi Remaja GKI Gunung Sahari, Maret 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar