Selasa, 21 Oktober 2025

Melanjutkan Perjalanan

 

Pohon cemara itu

Tidak beranjak dari hijaunya

Ia tinggal sebagai lambang

Yang mampu bertahan

Tapi kini ia tertawan

Tertahan tanpa melawan


Bola-bola bergelayut

di pucuk merunduk

Menjadi keindahan yang berbobot

Belum lagi rantai-rantai

Lampu kerjap mengerjap

Kadang seperti

kelopak seorang gadis

yang syahdu

Kadang seperti

mata yang dirasuk

butiran debu

Slinger warna warni

ditebar sana sini

Menghias dahan yang haus

Ah, kenikmatan itu beban

apalagi kesusahan?


Cemara menjadi tawar hati

Tapi buah-buahnya kecut

Ia takut beranjak

dari tanggal dua lima

Natal menggantungkan

hiasan demi riasan

Dan cemara balik

mendekap Natal erat-erat


Harta yang paling berharga

adalah cemara

Lalu anak cemara bertanya pada orang tuanya


Selamat pagi emak

Selamat pagi abah

Kok mentari pagi ini

Tidak berseri lagi?


“Karena tahun depan resesi”

Katanya

“Tapi sampai sekarang

kita belum cetak resi”

Dan satu-satunya keputusan

yang diambil adalah

memutuskan asa


Tidak heran

selepas Kebaktian Natal

Tercipta

Ramai di hati

Ramai di bumi

Malam yang kudus

disuguhi secangkir

hati yang panas

Yang mendidih

dikompori mulut

Niat ramah mirip Santa

dibalas kelakuan seperti setan


Tidak terdengar lagi

Berita sukacinta

Yang ada kabar dukacipta

“Di sini telah terjadi

pertumpahan air mata”

Luka di hati 

yang terus menganga

Membuatnya mati

kehabisan air mata


Harta yang paling berharga

Adalah cemara

Tapi cemara ini telah

menggantungkan sepatunya

Padahal,

tidak ada sepatu baru 

baginya di Natal tahun ini


Jalan sudah menunggu

Tapi tak ada satu langkahpun

yang berjejak


Mungkin cemara itu telah mati

Ia dikubur dalam-dalam

di antara riasan hiasan yang gemerlap


Natal

menggandeng dahan-dahan

cemara yang layuh

menuntunnya pelan-pelan

melangkah keluar

dari Betlehem

menuju Mesir, 

menuju Nazaret,

Yerusalem, seluruh Yudea,

Samaria,

sampai ke ujung mana

Ikut Bayi Natal

yang mulai belajar

melangkah


Dua puluh enam sudah memanggil

Untuk lekas beranjak dari dua puluh lima


Adakah harapan

damai

sukacita

dan kasih

menguatkan lutut

untuk terus menapak,

Wahai kamu sekalian

cemara-cemara?


----------------------------------------------

— Christnadi, digubah untuk dan dibacakan dalam Kantata Natal GKI Peterongan “Hope, Peace, Joy, Love Journey”, Minggu 25 Desember 2022 pk. 17.00.


Disampaikan sebagai khotbah duet dengan Pdt. Helen A. Setyoputri. Kami berbagi tugas, beliau berkhotbah dalam bentuk perenungan singkat, sedangkan saya dalam bentuk puisi. Syukur, puisi ini disandingkan dengan perenungan yang sangat hangat menyentuh yang dibawakan oleh beliau.


Tantangan tersendiri untuk kembali menggubah puisi panjang dengan gaya berpuisi ala Joko Pinurbo. Masih perlu banyak belajar, masih perlu banyak mengasah rasa. Kiranya merenungkan Firman Tuhan melalui puisi bisa menolong umat untuk menengok pada kehidupan masing-masing sambil menarik makna yang bergema bagi dirinya.

Tidak ada komentar: