Kiranya dirimu yang rapuh, senantiasa diberkati dan dipandang sungguh amat baik oleh Bapa yang menggubah kehidupan.
Kiranya tubuhmu yang rentan, senantiasa direngkuh dan dikasihi oleh Tangan Yesus yang terentang di atas kayu salib.
Kiranya hatimu yang retak, senantiasa dipenuhi dan dihangatkan oleh terang Roh Kudus yang menerobos setiap celah yang menganga.
Karena Allah Trinitas yang menjadikan engkau, mengasihi engkau dengan sempurna, dan mengutus engkau mengerjakan panggilan-Nya, siapapun engkau apa adanya engkau, bersama-Nya dan di dalam-Nya, sekarang dan selamanya.
---------------------------------------------------
— Christnadi, 11 September 2025, menjadi berkat yang disampaikan di akhir doa penutup Sesi VI Bina Liturgi Umat, maka saya terdorong untuk menggubah sebuah rumusan berkat yang inklusi, terinspirasi dari sesi yang apik nan menarik yang dibawakan oleh Pdt. Helen A. Setyoputri tentang liturgi disabilitas.
Awalnya cari-cari di internet rumusan berkat inklusi, dengan pemikiran, “kayaknya bagus kalau di akhir sesi liturgi inklusi, ditutup dengan rumusan berkat yang inklusi juga” tapi kemudian terpikir untuk menggubah sendiri memakai beberapa diksi yang ada tersebar di sepanjang puisi “Sang Tangis” karya Pdt. Joas Adiprasetya yang disertakan dalam liturgi peneguhan Pdt. Helen di GKI Peterongan dulu, disusun ulang dengan ditambahkan beberapa kata dan kalimat lain.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar