Selasa, 21 Oktober 2025

Badai Abadi

 

Yang tak pernah berhenti

Dan tak kunjung berakhir

Adalah ombak yang terus bergulir

Dan badai yang silih berganti


Bagai takdir yang tak dapat dienyahkan

Bahtera ini terus terombang ambing kian kemari

Diceraikan dari pesisir

Dijauhkan dari bandar


Kian lama kian temaram,

Tak ada fajar yang menanti di cakrawala

Mentari ditelan barisan awan kelam

Malam mengaburkan batas langit dan buana


Inilah badai abadi:


ketakutan dan kekuatiran terus mengguntur

dendam dan kebencian mengalir deras

patah hati, sakit hati datang menggempur

kesedihan, keputusasaan, menghempas keras


Di mana badai itu berada?


Bukan di luar sana tempatnya

Melainkan di dalam ia berada

Di tengah pikiran yang bising sampai gaduh

Menuduh hati yang selalu mengaduh


Badai abadi

Siapa yang mampu atasi?


Maka Sang Khalik berseru

Dari langit suara-Nya menderu:


“Diam tenanglah!”


“Diam, tenanglah”


“Diamlah… tenanglah…”


Seketika damai datang menelusuk

Memaksa awan beranjak pergi

Semburat kuning terbersit di ufuk

Dan badai, tak lagi abadi


Aku

Berlayar lagi.


--------------------------------------------

— Christnadi, untuk Minggu Prapaskah IV GKI Peterongan, 27 Maret 2022

Tidak ada komentar: