Jumat, 14 November 2025

Tegak Berdiri Di Sisi

 

Impian

Masa depan

Andai menjauh

Nyatanya lenyap

Yang sedikit-sedikit

Ah tak pernah jadi bukit

Nasib tulis surat pada takdir

Gagal bercerita kabar sukacipta

Tak buat suka, tak buahkan cipta

Eh malah terus melongsor berguguran

Godaan merayu meneteskan gula di kala sayu

Untunglah Kalam mendayu, menghenyak ragu

Hantarkan diri terpancang kokoh sepanjang selalu


————————————————————————

–  Christnadi, sebuah puisi kontur dengan tipografi visual untuk mengisi renungan Warta Jemaat GKI Peterongan, menyesuaikan dengan tema dan keempat bacaan leksionari dalam Kebaktian Minggu 16 November 2025 “Iman yang Teguh, Tak Bergoncang"

Jumat, 07 November 2025

Telepon Surga

 

Surga memasang perangkat telepon baru,

bersanding dengan jalur doa yang mulai sepi pelanggan.

Kringgg!! Telepon pertama masuk.

Tuhan angkat, “Halo?”

 

“Halo? Wah, saya bisa dengar Tuhan menyapa!

Langsung saja ya Tuhan,

Saya ingin ini dan itu lengkap dengan itu dan ininya,

Saya mau naik pangkat, naik gaji, naik segalanya

seperti janji-Mu, terus naik dan bukan turun.

Tolong jangan buat saya susah, ya Tuhan,

Berikan saya hidup tenang, hidup kenyang, itu saja.

... eh kok Tuhan diam?

Sama seperti di jalur doa, Tuhan nggak ngomong apa-apa.”

 

“Ya, karena selama ini kamu tidak bertanya,” jawab Tuhan.

“Bertanyalah, Aku pasti menjawab.”

“Oh begitu, kalau begitu aku mau tanya: apakah dia jodohku, Tuhan?

Kalau jodoh kok hubungan kami sulit dijalani?”

“Ya, sulit karena tidak semua berjalan sesuai pikirmu, kan?

Lagipula setiap hubungan pasti ada tantangan, itulah hidup.”

“Kok begitu, Tuhan? Apa nggak bisa jalan kami mulus-mulus saja?”

“Yang mulus belum tentu selamat, yang terlihat lurus bisa ujungnya maut.”

“Kok serem, Tuhan? Ini Tuhan atau AI yang jawab?”

 

Dalam kesabaran tiada tara Tuhan menjawab,

“Justru karena Aku Tuhan yang Hidup,

maka Aku bisa menjawab yang berbeda dari yang kamu pikirkan.

Sebaliknya, apa kamu betul-betul hidup, seperti Aku?

Kok, jawabanmu untuk semua masalah selalu sama:

putus asa, putus relasi, berhenti bergumul, berhenti beriman?”


————————————————————————

–  Christnadi, puisi untuk mengisi renungan Warta Jemaat GKI Peterongan, menyesuaikan dengan tema dan keempat bacaan leksionari dalam Kebaktian Minggu 9 November 2025 “Percaya pada Allah yang Hidup"

Sabtu, 01 November 2025

Ibadah yang Jahat

 

Semua berbondong boyong

Mengikuti titinada ajakan penuntun langkah

datanglah ke Bait-Nya dengan hati bersuka

Sedang Yang Empunya Bait hatinya bersusah

Karena yang dipanjat ramai-ramai

bukan tangga “kerinduan”

tapi tangga sosial

dengan ritual demi ritual jadi pijakan

bersama mulut berhias “Haleluya” “Puji Tuhan”

 

Sang Tuan yang Maha Menanggung Segala Sesuatu

pun tidak tahan melihat ibadah penuh kejahatan:

“Festival Kemunafikan”

 

Yang isi perayaannya:

meninggikan diri dalam doa ucapan syukur

minim empati saat menceritakan kesaksian

mengatakan ini itu sesat sambil membenarkan diri

 

Padahal Bait Kasih-Nya terbuka lapang

Ruang Maha Akrabnya menanti dikunjungi

Oleh insan yang lelah nyaris menyerah

berjibaku lawan dosa dan kegagalannya

 

Bagi mereka, tangan-Nya berperkara,

“Sekalipun dosamu merah, akan putih jua!”

Maka jadilah mereka beribadah dalam peluk-Nya.


–––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––

— Christnadi, puisi hasil refleksi terhadap Yesaya 1:10-18 dan Lukas 18:9-14 untuk mengisi renungan Warta Jemaat GKI Peterongan, menyesuaikan dengan tema Kebaktian Minggu, 2 November 2025 “Dilayakkan untuk Menerima Kasih Ilahi"